Usaha Jokowi mengatasi situasi pelik itu dengan membatalkan pencalonan Budi Gunawan dan menunjuk Plt. Kapolri Komjen Badrodin Haiti sebagai calon tunggal Kapolri, semakin membuat dirinya pada posisi yang sulit. Terutama karena pembatalan pencalonan BG dinilai satu justru paket dengan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Media Jepang berpengaruh,
Nikkei Asian Review, beberapa hari lalu menurunkan analisa yang ditulis jurnalisnya, Sadachika Watanabe, dengan judul
Jokowi’s Brinkmanship Backfires, menyoroti manuver penuh risiko yang dilakukan Jokowi sejak dilantik pada Oktober 2014 lalu.
Manuver-manuver berbahaya itu kini seakan menyerang balik dirinya.
Nikkei menilai Jokowi inkonsisten dalam mempraktikkan aturan mainnya sendiri. Misalnya, saat menyusun kabinet bulan Oktober lalu dia meminta bantuan KPK. Tetapi saat mencalonkan Budi Gunawan, dirinya sama sekali tidak meminta pertimbangan dari KPK.
Pengamat menilai, cara Jokowi mencalonkan Budi Gunawan adalah indikasi yang jelas betapa dirinya membungkuk di hadapan Mega,†tulis
Nikkei.
Ini membenarkan dugaan pihak yang ragu pada Jokowi, bahwa Jokowi hanya sekadar presiden boneka.
Nikkei juga menyoroti keputusan Jokowi menghabiskan waktu di Istana Bogor sebagai upaya menghindar dari tokoh-tokoh senior PDIP yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Di sisi lain, partai besar yang berada di luar koalisi pendukung Jokowi, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Gerindra memperlihatkan
gesture politik yang bersahabat.
Bila hubungan Jokowi dan partai yang memberikannya tiket untuk bertarung di Pilpres 2014 juga Megawati semakin buruk, bukan tidak mungkin pada akhirnya akan lahir koalisi baru untuk mendukung Jokowi. Koalisi itu akan dibangun oleh partai-partai yang sebelumnya berseberangan dengan Jokowi dan PDIP.
[dem]
BERITA TERKAIT: