Diperkirakan, sekitar 58 juta suara rakyat hilang, dibuang, dirusak dan tidak dihitung.
“Ada apakah gerangan?†tanya mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Haris Rusly Moti.
KPU telah menetapkan bahwa Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pilpres 2014 adalah sebanyak 190.307.134 pemilih. Angka ini disebutkan bertambah sebanyak 2,4 juta dari jumlah DPT pemilihan anggota lembaga legislatif.
Jaringan media JPNN mengatakan sudah menyelesaikan penghitungan 96,38 persen suara. Sementara KawalPemilu.Org yang konon dikelola mantan juara olimpiade matematika, Ainun Najib, sudah mengolah data dari 461.530 TPS dari total 478.828 TPS yang ada.
Untuk sementara, pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla disebutkan masih unggul. Dari 127.065.051 suara sah, pasangan nomor urut 2 itu mendulang 67.096.440 suara alias 52,80 persen.
Sementara Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa untuk sementara memperoleh 59.968.611 suara sah atau 47,19 persen.
“Tinggal 5 juta suara lagi yang belum masuk. Jika semuanya sah maka total suara sah sebanyak 132 juta lebih. Bila dibandingkan dengan jumlah pemilih versi KPU sebanyak 190.307.134 orang, maka suara rakyat yang hilang sebanyak 58 juta orang lebih,†ujar Haris dalam pesannya.
Itulah sebabnya ia menyebut Pilpres 2014 merupakan pemilihan umum terburuk karena suara rakyat yang hilang, tidak sah, sengaja tidak dihitung, dibuang, dikurangi, mencapai 58 juta, atau 45,6 persen.
Karena sejumlah persoalan inilah, menurut hematnya, pengumuman hasil pemungutan suara patut ditunda sampai KPU menyelesaikan penghitungan dengan sebaik-baiknya.
“Tunda penetapan hasil Pilpres 2014, bongkar dan selidiki lenyapnya suara rakyat yang dirusak, dan dimakan hantu, ujarnya.
“Semoga KPU tidak bertindak sebagai partai pengusung dengan terlibat merusak dan mengubur suara rakyat untuk menggelembungkan suara capres tertentu,†demikian Haris.
[dem]
BERITA TERKAIT: