Disebut pesan berantai yang diterima redaksi, kubu PDI Perjuangan dan koalisinya sedang melakukan manuver senyap pasca pencoblosan 9 Juli. Tujuannya, agar kemenangan Jokowi-JK di mayoritas lembaga survei didukung oleh hasil resmi atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Skenario pertama, lembaga survei dari kubu PDIP akan mengeluarkan percepatan hasil survei untuk mencuri perhatian publik. Lalu, lembaga-lembaga survei versi mereka akan menyatakan diri paling kredibel dan sah. Tujuannya, mendeskreditkan lembaga survei Koalisi Merah Putih (pendukung Prabowo-Hatta).
Mereka akan melakukan pesta kemenangan yang akan dipublikasi oleh 12 media asing yang selama kampanye sudah melekat pada tim Jokowi-JK. Tujuanya adalah, pertama, memanfaatkan momentum agar pihak media asing mampu mengintervensi media Lokal. Kedua, menekan KPU agar berpikir mengeluarkan hasil yang sebenarnya pada 22 Juli.
Tujuan ketiga, memanfaatkan momentum insiden "Hong Kong" untuk mempersepsikan banyaknya kecurangan sistematis. Sudah diduga, hasil suara oleh KPU pada 22 Juli nanti sebenarnya dimenangkan calon nomor 1 (Prabowo-Hatta). Hasil real count tanggal 22 Juli itu pun akan dianggap kubu Jokowi-JK sebagai buah dari kecurangan.
Tujuan keempat, memanfaatkan kepemimpinan SBY yang sudah diintervensi asing, dengan ancaman kerusuhan. Sehingga, jika KPU sudah memegang hasil sebenarnya, maka SBY mampu menekan KPU untuk mengikuti keinginan "asing" dan PDIP.
Disebutkan juga, PDIP akan membuat posko-posko kemenangan di daerah untuk menarik massa dan dipublikasikan media asing. Maksudnya, membentuk opini jika pengumuman KPU tidak sesuai harapan pihaknya maka akan terjadi kerusuhan besar.
Informasi itu menerangkan bahwa Indonesia sedang dilibatkan dalam pola permainan intelejen asing yang merasa kebijakan-kebijakannya terancam jika Prabowo menjadi Presiden RI.
Klarifikasi dari pihak Jokowi-JK mengenai informasi ini akan disiarkan dalam pemberitaan selanjutnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: