Sebaiknya semua pihak haris menahan diri, tidak melakukan tindakan provokatif dan mempercayakan proses pilpres pada lembaga-lembaga formal seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Dalam fase ini, menurut aktivis gerakan Syahganda Nainggolan, di samping harus tetap mengutamakan dan menghormati proses yang sedang dikerjakan KPU dan Bawaslu, kubu Prabowo Subianto harus menyiapkan sejumlah skenario untuk menghadapi
psywar Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo.
Syahganda adalah salah seorang pentolan aktivis yang membantu tim kampanye Prabowo-Hatta di belakang layar. Sebagai aktivis gerakan Syahganda bisa membaca ke arah mana tekanan atau
psywar yang dilancarkan kubu Megawati dan Jokowi.
“Pernyataan kemenangan Mega itu adalah
preemptive strike, dan selanjutnya mereka akan menjaga
tone untuk memenangkan pemilihan sesuai
image yang dibangun oleh lembaga survei yang mereka bayar dan yang dekat dengan mereka,†kata Syahganda.
Hasil perhitungan cepat yang dilakukan semua lembaga, sebut Syahganda, pada prinsipnya tidak bisa dijadikan dasar kemenangan kandidat. Ia hanya alat bantu untuk melihat potensi perolehan suara. Kemenangan pihak tertentu adalah domain KPU.
Syahganda juga mengatakan, selama masa kampanye pilpres Prabowo terlihat terlalu santun. Padahal, dalam beberapa hal dia perlu juga memperlihatkan sisi militansinya.
“Perlihatkan dirinya adalah mantan komandan pasukan, yang menguasai strategi dan taktik. Jangan terlalu santun menghadapi
psywar Mega yang menggunakan tekanan dan radikalisasi massa. Radikalisasi ini harus dihadapi dengan berani,†demikian Syahganda.
[dem]
BERITA TERKAIT: