Menteri Negara BUMN itu telah menyiapkan mental. Siapa pun yang keluar sebagai pemenang dari 11 peserta, Dahlan mengaku akan menghargainya. Padahal, secara logika Dahlan seharusnya keluar sebagai pemenang karena terus merajai berbagai survei. Namun, menurutnya, dunia politik tidak seperti matematika.
Ilmuwan politik, Muhammad AS Hikam, mengatakan, DI tentu punya alasan untuk berkeluh kesah. Setidaknya, pertanda ke arah itu memang cukup banyak. Pertama, terbentuknya koalisi "Garuda" dan "Banteng" menarik parpol-parpol tengah (PKB, Nasdem, PPP, PAN, PKS). Kedua, Golkar yang masih "mbulet" keputusannya apakah akan membuat koalisi Beringin bersama Demokrat atau tidak. Kemudian, pernyataan elite Demokrat yang santer soal kemungkinan Sultan Hamengku Buwono X sebagai capres. Dan terakhir, ketidakjelasan apakah Demokrat akan mengajukan capres atau cukup cawapres.
"Bagi saya, sejak awal memang konvensi yang saya sebut audisi Demokrat itu tak ada gunanya, dan bagi mereka yang ikut hanya buang-buang waktu, tenaga dan uang saja. Sejak awal, audisi itu cuma untuk mengerek popularitas partai yang hancur lebur," terang Hikam lewat laman
facebook-nya, sesaat lalu (Kamis, 15/5).
Kalau pun ada tujuan memilih capres, lanjutnya, sebenarnya sudah dikantongi oleh SBY yaitu Pramono Edhie Wibowo (PEW). Mengenai itu, Hikam menyebut pilihan tepat. Tapi momentum serta kondisi Demokrat tidak mendukung sama sekali.
Karena itu, terlepas dari persoalan Dahlan, sejak awal ia mengusulkan PEW dijadikan cawapres. Atau, dipersiapkan memimpin Demokrat untuk membangkitkan partai dari keterpurukan.
[ald]
BERITA TERKAIT: