Demokrat Tidak Tahu Diri Kalau Bikin Poros Baru

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 26 April 2014, 13:39 WIB
Demokrat Tidak Tahu Diri Kalau Bikin Poros Baru
umar s. bakry/net
rmol news logo Partai Demokrat yang diperkirakan hanya meraih 10 persen suara dalam pemilihan legislatif 2014 sebetulnya tidak pantas untuk mengajukan calon presiden dan membentuk koalisi baru.

"Tapi hal sebaliknya bisa terjadi dalam politik Indonesia, di mana etika dan fatsun politik tidak dominan dan tidak dihargai," kata analis politik dan pakar survei, Umar S. Bakry, kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (26/4).

Secara etis dan fatsun politik, merosotnya suara Demokrat separuh lebih dari raihan pada 2009 itu adalah bentuk hukuman ke Demokrat yang berlimpah kasus korupsi. Itu sinyal kuat bahwa publik kecewa terhadap Demokrat dan menghukum Demokrat.

"Kalau Demokrat masih memaksakan bentuk poros baru dan menyodorkan jadi capres itu tidak elok, tidak tahu diri," terangnya.

Justru akan lebih baik kalau Demokrat dengan posisi terhukum oleh rakyat memposisikan diri ikut mendukung koalisi-koalisi yang sudah dibangun oleh tiga besar pemenangan Pemilu Legislatif.

"Jangan malah minta didukung oleh salah satu dari tiga partai politik yang suaranya signifikan itu," tandasnya.

Beberapa waktu lalu, jurubicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, mengatakan, SBY tidak pusing dengan formasi koalisi. SBY akan konsisten mencalonkan pemenang konvensi sebagai calon presiden. Soal dukungan, bukan tak mungkin SBY akan bikin poros baru bersama partai-partai yang berutang budi padanya selama dua periode kekuasaan.

"Semua partai Islam selama ini sudah merasakan asyiknya 'duduk di boncengan' selama SBY memerintah," tegas Ruhut kepada redaksi Kamis lalu (24/4). [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA