Tapi, jika Demokrat hanya memperoleh 7-10 persen maka akan menggunakan skenario lain, yakni, pemenang konvensi diusung menjadi cawapres atau bahkan hanya di posisi menteri.
Pernyataan dari petinggi Demokrat itu adalah sinyal gagalnya konvensi yang tadinya diharapkan meningkatkan elektabilitas Demokrat. Hal tersebut diungkapkan pengamat politik dari Universitas Sriwijaya, Joko Siswanto, kepada
Rakyat Merdeka Online Sumsel, Selasa (18/2).
"Wajar jika EE Mangindaan ngomong begitu. Konvensi Demokrat tidak tulus, hanya mencari simpatik, jika di Demokrat ada Jokowi atau Anas Urbaningrum tak terkena kasus korupsi, Demokrat tidak akan menggelar konvensi," tuturnya.
Konvensi dilakukan Demokrat untuk mendongkrak elektabilitas yang terlanjur terjun bebas. Bahkan, Demokrat diprediksi hanya berada di peringkat empat atau lima pada Pileg 2014, turun dari peringkat satu pada Pileg 2009. Konvensi pun kini tak akan banyak membantu.
"Masyarakat sudah pintar, makanya konvensi tidak bisa bantu Demokrat," ujarnya.
Lebih jauh, ia mengatakan, sesungguhnya konvensi merupakan cara yang tepat untuk memilih Capres berkapasitas. Namun Demokrat tak berniat mencari Capres berkapasitas, tetapi lebih pada untuk mendongkrak nama partai.
[ald]
BERITA TERKAIT: