Dosen Politik: Larang Rektor Berkonvensi, Menteri Nuh Tidak Mengerti Kebebasan Akademik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 02 Oktober 2013, 16:05 WIB
Dosen Politik: Larang Rektor Berkonvensi, Menteri Nuh Tidak Mengerti Kebebasan Akademik
mohammad nuh/net
rmol news logo Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dinilai tak memiliki persepektif yang luas karena pernyataannya kemarin yang meminta Forum Rektor Indonesia (FRI) dan kalangan perguruan tinggi tak membuat konvensi penjaringan calon presiden Indonesia.

"Dia tak mengerti kebebasan akademik. Dia tidak mengerti perguruan tinggi juga bertanggung jawab atas masa depan bangsa dan ikut mencari solusi masalah bangsa," tegas pengajar ilmu politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu petang (2/10).

Guru besar ilmu politik ini heran atas sikap Nuh yang seperti pejabat paranoid mengkhawatirkan timbul pemberontakan hanya karena para rektor membuat konvensi.

"Yang ditakutkan Nuh apakah pemberontakan? Konvensi capres itu bukan anarki dan kudeta. Mendingan dia urus Kementeriannya yang banyak masalah mulai dari kontorversi ujian negara sampai korupsi," ucapnya.

Iberamsjah menilai konvensi capres yang digelar para koleganya sesama pendidik itu pada dasarnya baik selama tak bertentangan dengan asas demokrasi, hukum dan ideologi negara. Lagipula, para rektor hanya bisa memberikan masukan atau alternatif kepada rakyat dalam konteks pemilihan presiden.

"Kan FRI itu cuma memberikan pilihan dan alternatif. Yang memutuskan capres itu tetap saja partai politik. Demokrat saja boleh bikin konvensi, kok rektor tidak boleh?" gugatnya.

Selama ini dia memandang pendidikan politik di dalam kampus berjalan baik. Kalangan rektor pun tetap kritis sekaligus pragamatis dalam menilai partai politik mana yang baik dan tidak baik.

"Terus terang, pikiran M. Nuh itu tidak luas, perspektifnya tidak internasional. Coba saja dia mau membawa kampus kembali ke normalisasi kampus, dia akan habis dilawan orang, akan habis dia digempur orang," tandasnya.

Konvensi FRI sendiri sudah berjalan. Tokoh nasional yang pertama memaparkan konsep adalah DR. Rizal Ramli di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Sabtu (21/9).

Sabtu lalu, (28/9) sedianya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang beradu konsep pemikiran di hadapan 300 rektor dalam acara Pertemuan Regional Forum Rektor Indonesia di kampus Universitas Diponegoro, Semarang. Namun, hanya Prabowo yang hadir, sementara Megawati yang tadinya siap datang membatalkan kehadirannya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA