Surya Paloh Peringati 100 Hari Kematian Mega Sang Pesinden

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 30 September 2013, 07:56 WIB
Surya Paloh Peringati 100 Hari Kematian Mega Sang Pesinden
Surya Paloh/net
rmol news logo Partai Nasdem besutan Surya Paloh memberikan penghargaan kepada almarhumah Febriyana Mega Saputri, pesinden cilik yang 100 hari lalu meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tak jauh dari kediamannya di Kediri, Jawa Timur. Semasa hidupnya Mega dinilai memiliki komitmen kuat untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

Budayawan yang memiliki peran penting atas peradaban, menurut Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, seharusnya mendapatkan posisi terhormat di masyarakat.

"Nasdem sebagai partai politik ingin memperlihatkan kepada bangsa kita bahwa budayawan harus kita berikan tempat yang terhormat di antara berbagai profesi yang kita miliki dalam aktivitas kehidupan bermasyarakat," ujarnya di Kediri, Minggu (29/9).

Surya menambahkan, hal tersebut penting diingatkan, apalagi dalam situasional arus modernisasi dan globalisasi yang begitu gencar masuk ke negeri ini.

"Anak-anak muda kita kenal dengan yang namanya Gangnam style, rap dan sebagainya. Tapi mereka lupa apa yang namanya sinden, ludruk, ketoprak, wayang kulit, sedati Aceh. Yang rugi kita semua sebagai bangsa," kata Surya.

Surya juga mengatakan, kondisi kebudayaan Indonesia tengah dalam situasi kehancuran. Minat baca, minat menulis, minat untuk mendongeng, dan minat menulis penting untuk dikembangkan. Apresiasi terhadap film-film dokumenter pun menurun. Bangsa Indonesia dekat dengan teknologi yang mendukungnya, tapi sayang tidak memberikan waktu dan perhatian serius untuk tetap mempertahankan prinsip-prinsip kebudayaan.

Lebih jauh ia mengingatkan, semakin rendahnya pemahaman dan nilai-nilai budaya memiliki korelasi erat dengan kondisi bangsa seutuhnya, termasuk terhadap demokrasi maupun implikasi dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Biar bagaimanapun, lanjutnya, sehebat apapun model demokrasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang ada, jika moral dan peradaban bangsa yang maju tidak menyertainya, masa depan bangsa ini akan semakin berat lagi. [ald]

Catatan Redaksi: Karena kesalahan teknis tadi malam (Minggu, 29/9) sehingga tidak dapat diakses, Redaksi memuat kembali berita yang sama hari ini (Senin, 30/9). Mohon maaf atas ketidaknyamanan pembaca. Terima kasih.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA