"Konvensi perlu dana. Yang gampang jual jatah kuota impor," kata inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih, Adhie M Massardi kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis (25/7).
Gita, katanya, melakukan impor bekerjasama dengan kartel. Dari kartel itulah dia memperoleh komisi. Sebagai pengambil kebijakan, komisi yang didapat Gita bisa sangat besar.
"Ahmad Fatanah yang perantara dapat banyak, apalagi fee yang diterima pengambil kebijakan. Pasti lebih mahal harganya," kata dia.
Adhie sangat menyayangkan pernyataan Gita yang mengaku impor bawang dilakukan untuk mengisi kebutuhan pasar dalam negeri akibat jeleknya kualitas bawang produksi petani di Brebes dan Pemalang. Keran impor dibuka begitu lebar, sementara di sisi lain upaya pemerintah meningkatkan hasil produksi petani tidak ada.
Untuk itu Adhi meminta KPK, Kepolisian dan Kejaksaan berupaya mendalami dugaan jual beli kuota di balik impor bawang dari China dan Vietnam yang direncanakan Gita.
"Aparat penegak hukum jangan diam saja," ucapnya.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan masyarakat tidak suka dengan produk bawang yang diproduksi di dalam negeri. Menurutnya, kualitas bawang dari Kabupaten Brebes dan Pemalang basah dan kecil. Rakyat tidak terlalu suka. Alasan itulah yang digunakan Gita untuk impor bawang.
"Panennya tak sebaik biasanya, ," katanya di Mabes TNI AD, Jakarta, kemarin (Rabu, 24/7).
Rencananya, Gita akan mengimpor bawang merah sebanyak 17 ribu ton. Bawang merah tersebut akan didatangkan dari negara Vietnam dan China.
"Bawang merah dari vietnam dan China kita sudah keluarkan ijin kurang lebih 17 ribu ton," ucapnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: