Begitu disampaikan Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa menanggapi polemik recnana pemberian penghargaan World Statesman Award dari Appeal Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden SBY di New York, Amerika Serikat, akhir Mei ini.
"Dengan segala kekurangannya, baik sebagai manusia biasa maupun sebagai pemimpin, SBY ingin memenuhi komitmen konstitusional dan personalnya untuk menjaga kebhinekaan sebagai bangunan dasar dari Republik ini," kata Daniel.
Presiden SBY, kata Daniel yang juga pengajar sosiologi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, hanya meminta agar semua pihak paham bahwa kemajemukan adalah sebuah berkat sekaligus tantangan. Kita perlu merayakan sekaligus mengelolanya. Kita perlu kontitusi dan hati yang besar untuk memajukan Indonesia.
Presiden, lanjut Daniel seperti dikutip
presidenri.go.id, Jumat (25/5), menegaskan bahwa negara menjamin sepenuhnya kebebasan warga negara dalam menjalankan ibadah. Sama seperti pandangan sejumlah kalangan, Presiden juga prihatin mengenai masalah intoleransi yang masih ada di masyarakat. Presiden berpandangan bahwa semua kelompok yang berbeda faham dan keyakinan memiliki tanggung jawab yang sama untuk memelihara harmoni sosial. Semua orang hendaknya mencegah terlibat dalam pengabaian akan pentingnya menghormati keyakinan yang dimiliki kelompok lain.
Saling pengertian dan penghormatan adalah norma dasar dalam masyarakat majemuk. Intoleransi adalah tantangan masyarakat majemuk yang harus kita menangkan dengan membangun dialog yang setara, bukan dengan menyebarkan permusuhan dan kebencian.
"Presiden SBY akan senantiasa bekerja dengan seluruh kekuasaan dan kewenangannya untuk memastikan diakhirinya semua bentuk intimidasi dan agitasi. Termasuk yang melibatkan kekerasan, perusakan, dan atau penyerangan terhadap rumah ibadah dan atau terhadap keselamatan harta dan jiwa penganutnya," demikian Daniel.
[dem]
BERITA TERKAIT: