"Tidak bisa disangkal, Mega bukan cuma terpopuler di PDIP tapi bila diadu dengan tokoh partai lain di berbagai survei nasional, elektabilitasnya Mega masih baik," kata Sekjen Asosiasi Lembaga Survei Se- Indonesia, Umar S. Bakry, kepada
Rakyat Merdeka Online, Rabu (30/1).
Di survei nasional, Mega bersaing ketat dengan Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla. Namun, itu bukan jaminan Mega berjaya di Pilpres. Segmen pemilihnya fanatik tapi terbatas, eranya telah berakhir dan nyaris tidak bisa dijual ke pemilih pemula.
Bagaimana dengan putrinya, Puan Maharani? Menurut Direktur Lembaga Survei Nasional itu, Puan tidak layak dijual ke segmen pemilih manapun. Mulai dari jam terbang yang minim, visi yang belum jelas, dan komitmennya belum terbaca.
"Di internal partai sendiri Puan bukan pilihan. Setahu saya, Puan bukan orang yang sengaja dipersiapkan partai dan menggantikan Mega. Kecuali dipersiapkan Taufiq Kiemas," jelasnya.
Menurutnya, adalah paling
fair menghadapi perseteruan di internal PDIP antara kemauan Megawati dengan Taufiq Kiemas, dengan cara konvensi.
"Carilah di luar dua orang ini dengan konvensi secara
fair, terbuka, transparan. Nanti kan banyak yang ikut," sarannya.
Umar menegaskan, orang-orang PDIP sangat patuh dan tidak ada instruksi lain kecuali dari Mega. Kalau Mega berbesar hati, dia harusnya memberikan instruksi dukungan pada yang terpilih dari konvensi nanti agar dukungan itu solid.
"Semua terpulang pada kelapangan dada, kebijaksanaan dan kebesaran hati Mega. Era Mega sudah lewat, tapi era Puan belum waktunya," tegasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: