"Saya sekalipun tidak pernah menjelekkan Ibu Mega. Saya tetap hargai Ibu Mega, dan begitupula terhadap semua tokoh politik lain," kata Ramson yang kini berpolitik di Partai Gerindra, kepada
Rakyat Merdeka Online, melalui sambungan telepon sesaat lalu, Selasa (29/1)
Dia tegaskan, tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain. Setelah keluar dari PDI Perjuangan dan sebelum aktif di Partai Gerindra, Ramson bergiat di LSM State Budget Watch. Sebagai aktivis, tugasnya cuma mengeritisi kebijakan yang selama ini dihasilkan para politisi.
"Yang saya kritisi adalah kebijakan," tegasnya.
Ramson menilai, ada salah persepsi di antara kader-kader Mega yang menangkap ucapannya. Dalam wawancara dengan
Rakyat Merdeka beberapa waktu lalu, Ramson mengatakan, kepindahannya ke Gerindra karena melihat peluang Prabowo Subianto yang lebih besar dari Mega. Menurutnya, Prabowo sekarang sudah menggambarkan "Soekarno Besar" yang punya ideologi dan prinsip
"Yang saya katakan waktu itu, Pemilu 2014 adalah era Prabowo Subianto. Dengan analisa bahwa situasi obyektif masyarakat sudah menguntungkan Prabowo. Kini tinggal bagaimana kondisi subyektif partai menyesuaikan secara dinamis agar mencapai titik ambang batas pencalonan presiden," urainya.
Dia mengklaim, pokok pikiran Prabowo Subianto merupakan salah satu faktor yang mendorongnya masuk Gerindra.
"Dia punya visi Trisakti yang tidak dijabarkan di buku saja tapi diwujudkannya. Visi Trisakti itu bukan
lips service. Strateginya jelas, maka saya mau masuk Gerindra dan memberi masukan soal politik anggaran," terangnya.
Jadi, menurut Anda, Megawati sebaiknya tidak lagi mencalonkan diri sebagai Presiden?
"Ah, saya tidak enak komentari itu. Soal layak tak layak, semua capres itu layak jadi calon. Hanya untuk 2014, analisis situasi obyektifnya yang paling laku adalah Prabowo," tutupnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: