"Perlu dibedakan arti tergenang dengan terbenam. Daerah-daerah yang akan tergenang bukan tenggelam adalah daerah di bagian utara Jakarta karena mengalami penurunan tanah (land subsidence) dengan elevasi 1 hingga 2 meter DPL (Di atas Permukaan Laut)," begitu keterangan resmi BMKG yang diteruskan Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Rabu (23/1).
Disebutkan bahwa tinggi air pada pasang tertinggi dan surut terendah di Muara Karang, Muara Angke, Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara, Pasar Ikan, Muara Baru, Ancol, Tg Priok dan Cilincing bedanya mencapai 1 meter. Sementara daerah-daerah dengan ketinggian tanah lebih dari 5 meter DPL, misalnya di daerah Monas, Menteng, Tanah Abang, Senen, dan Cempaka tidak akan terpengaruh oleh efek air sungai yang berbalik (back water) akibat air pasang.
Sudah menjadi hukum alam apabila air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Dalam satu hari di teluk Jakarta ada air pasang selama 12 jam dan air surut selama 12 jam. Apabila air luapan dari hulu sungai terhalang oleh air pasang selama 12 jam, maka 12 jam berikutnya air akan surut dan mengalirkan air luapan dari hulu. Keterangan pakar air dari UI, Firdaus Ali bahwa air di darat sekecil apapun tak akan bisa mengalir ke lautan tidak benar.
Guna mengantisipasi hal ini maka masyarakat ibukota perlu bekerja keras membersihkan saluran-saluran pengurasan air untuk mengurangi besarnya luapan hujan.
"Bagi warga yang tinggal disekitar Kanal Banjir Barat, Cengkareng Drain dapat ikut berkontribusi membantu dinas Pekerjaan Umum menyampaikan perubahan-perubahan yang terjadi pada turap-turap beton dinding Kanal. Penurunan atau kerusakan turap akan menyebabkan runtuhnya kanal "breaching" dan menyebabkan banjir menggenangi pemukiman," begitu keterangan resmi BMKG.
[dem]
BERITA TERKAIT: