Akhirnya, pembuatannya kapal jenis bantu rumah sakit (HSS) jadi kenyataan, setelah menanti cukup panjang. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum atau MEF
(minimum essential forces), tapi karena kapal jenis ini juga termasuk kebutuhan strategis nasional.
Kapal bantu rumah sakit buatan PT.PAL kali ini memiliki dimensi dan bobot setara dengan kapal perang jenis LPD
(Landing Platform Dock). LPD sendiri berfungsi utama sebagai pengangkut kekuatan pendarat amfibi
(amphibious landing force). Baik pasukan ataupun kendaraan tempur (ranpur) hingga material logistik (amunisi dan bahan bakar).
Salah satu ciri khas LPD, selain daya muat lambung yang besar, juga ada dek penerbangan
(flight deck) yang mampu menampung beberapa unit helikopter.
Sesuai peruntukannya, kapal bantu rumah sakit berfungsi utama sebagai kapal rumah sakit militer, dan mendukung operasi perang TNI. Namun, ada pula fungsi lain di luar perang, sebagai alat TNI dalam OMSP (operasi militer selain perang).
Kapal bantu rumah sakit dilengkapi fasilitas medis yang memadai, seperti ruang penanganan gawat darurat
(emergency room), ruang operasi
(operating theater) dan bangsal perawatan. Juga bisa difungsikan untuk misi evakuasi darurat.
Bagi negara kepulauan dengan wilayah amat luas seperti Indonesia, kehadiran kapal bantu rumah sakit sungguh vital, entah dalam situasi damai maupun perang. Penanganan korban bencana alam atau menangani wabah penyakit menular berbahaya
(pandemik) bisa diemban HSS.
Paling tidak ada dua keuntungan yang menonjol dari eksistensi kapal rumah sakit. Pertama, kemampuannya bisa digelar di seluruh pelosok wilayah Nusantara, tanpa harus didukung infratruktur khusus.
Sebagai contoh, pengerahan pesawat angkut berat yang berkemampuan membawa modul rumah sakit darurat, penggelarannya ke wilayah terpencil masih mensyaratkan adanya infrastruktur lapangan udara minimal sepanjang 1.500 m. Sedangkan kapal bantu rumah sakit bebas leluasa digelar ke manapun.
Keuntungan kedua adalah sifat kapal itu sendiri sebagai
platform apung yang (hanya) bergerak di laut. Jika terjadi wabah
pandemik, kapal rumah sakit secara otomatis sudah terisolasi. Posisinya yang berada di laut, sehingga meminimalkan resiko penularan.
Saat ini TNI AL baru memiliki satu buah kapal bantu rumah sakit, yaitu KRI Dr. Soeharso (990) yang berbobot kosong sekitar 11.400 ton, dan berbobot penuh sekitar 16.000 ton.
KRI Dr Soeharso tadinya adalah kapal jenis LPD buatan
Daesun Shipbuilding and Engineering Co., Korea Selatan yang diberi nama KRI Tanjung Dalpele (972). Beberapa tahun setelah tiba dan memperkuat TNI Al tahun 2003, perubahan fungsi KRI Tanjung Dalpele (972) menjadi kapal bantu rumah sakit diresmikan oleh KSAL (waktu itu) Laksamana (TNI) Slamet Soebijanto berikut penggantian namanya menjadi KRI Dr. Soeharso (990).