Ketua KPAI, Susanto menyebut setidaknya ada empat pola rekrutmennya.
"Yang pertama melalui modus perkawinan sebagaimana kasus Bekasi, kedua modus indoktrinasi melalui media sosial," ujar Susanto dalam konferensi pers di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5)
Susanto menjelaskan, pola perkawinan dilakukan melalui pendekatan di media sosial di mana seseorang dinikahi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Lalu pola indoktrinisasi seringkali dipilih oleh jaringan teroris adalah kalangan remaja.
Pola selanjutnya masuk dari sektor pendidikan dan keluarga.
"Ketiga patronase guru dan keempat infiltrasi terorisme melalui keluarga," tukasnya.
Susanto menyebutkan, modus patronase guru dengan cara menyusup ke dalam lembaga pendidikan. Cara ini dianggap sangat mudah karena dapat mempengaruhi anak-anak mengingat guru merupakan sosok yang diyakini membawa kebenaran.
Dan terakhir seperti diperlihatkan pelaku teror bom di tiga gerja dan Polrestabes Surabaya yakni infiltrasi keluarga.
"Memang pola ini tidak mudah untuk dideteksi karena terjadi pada ruang-ruang tak terpantau oleh orang sekitar," terangnya.
[wid]