Begitu penilaian Sekretaris Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, kepada wartawan di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (13/5).
"Karena kelompok itu punya jaringan sendiri, cuma agendanya sama yaitu membuat kekacauan," ujar Mu'ti.
Ia menyebut, jeda waktu di antara dua peristiwa yang didalangi teroris itu biasa terjadi. Pemilihan waktu merupakan hal yang memang direncanakan. Saat satu peristiwa teror masih dibahas publik, teror lainnya menambah kecemasan masyarakat.
Selain itu, lokasi pelaksanaan aksi bukan sembarangan. Teroris selalu menyasar tempat publik yang ramai dan menarik agar menarik pemberitaan media massa.
"Misalnya, kejadian di Mako Brimob itu jantungnya polisi, kejadian di gereja atau tempat ibadah itu kan menarik perhatian publik dan media," ucapnya.
[ald]