Dalam orasinya, para pendemo menuntut agar pasukan garuda Satgas Indobatt harus segera angkat kaki dari bumi Lebanon Selatan. Menurut mereka (para pendemo), tanpa kehadiran United Nations (UN), dalam hal ini Pasukan Garuda Indobatt, negara Lebanon aman-aman saja. Di samping itu, mereka juga menggelar spanduk yang bertuliskan “Negara kami selama ini baik-baik saja, kenapa pihak UN menempatkan tentara asing begitu banyak di sini, kami tidak menghendaki kalian-kalian menguasai negara kami."
Penduduk setempat bahkan ada yang ikut membantu para pendemo untuk memaksa masuk menerobos penjagaan yang dijaga ketat oleh Pasukan Garuda Satgas Indobatt Konga XXIII-L/Unifil.
Anggota jaga Serka Edi Susanto sontan melaporkan kejadian tersebut kepada Perwira Jaga, dalam hal ini Kapten Inf Aceng Wahyudin dan diteruskan ke Kapten Inf FX Renoten selaku Kasiops Indobatt.
Setelah mendapat petunjuk dari Dansatgas Indobatt Konga XXIII-L/Unifil Letkol Inf Arfan Johan Wihananto, Kasiops Kapten Inf FX Renoten lantas memerintahkan Lettu Inf Muhammad Dody selaku Komandan Pleton CRC (Crowded Riot Control) dari Kompi Delta berikut perlengkapannya untuk bergerak dengan di backup Pleton BMR (Battalion Mobile Reserve) dan Tim Kesehatan.
Unjuk rasa awalnya berlangsung damai namun situasinya makin memanas dan anarkis. Para pendemo memprovokasi dan melempari personel Indobatt dengan batu-batuan dan benda-benda keras lainnya, berujung bentrokan yang mengakibatkan satu orang demonstran dan dua personel Indobatt mengalami luka-luka.
Setelah dilakukan negosiasi dan argumentasi yang sangat alot bahwa keberadaan Pasukan Garuda sebagai peacekeepers misi perdamaian PBB di Lebanon, akhirnya para pendemo bubar dan situasi kembali kondusif.
Kejadian di atas merupakan skenario latihan CRC Satgas Indobatt Konga XXIII-L/Unifil yang dirancang oleh Kasiops Satgas Kapten Inf FX Renoten, dalam rangka melatih kemampuan personel Indobatt khususnya dalam hal taktik dan teknis serta prosedur tetap.
[wid]
BERITA TERKAIT: