Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Buya Syafii: ISIS Dan Boko Haram Bawa Rongsokan Peradaban Arab, Bukan Ajaran Islam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 25 Juli 2017, 12:58 WIB
Buya Syafii: ISIS Dan Boko Haram Bawa Rongsokan Peradaban Arab, Bukan Ajaran Islam
Ahamd Syafii Maarif/Net
rmol news logo Maraknya radikalisme dan terorisme karena banyak ayat-ayat Alquran yang salah ditafsirkan. Ironisnya, lanjut Buya, penafsiran yang salah itu digunakan untuk 'meracuni' orang lain agar mengikuti ideologi kekerasan ala kelompok radikal.

"Itulah persoalannya. Saat ini banyak orang Islam yang ikut kelompok teroris. Harus diakui saat ini peradaban Islam tengah berada di titik nadir. Orang yang kalah gampang kalap. Harusnya supaya tidak kalap, mereka belajar agama yang benar dan berlapang dada. Coba saja cari di Aquran, apakah Islam mengajarkan teror? Tidak ada," jelas mantan Ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif di Jakarta, Selasa (25/7).

Pendiri Maarif Institute ini menekankan, sesungguhnya Alquran lebih dulu mengajarkan tentang keragaman umat manusia itu dibandingkan dengan Bhinneka Tunggal Ika yang digaungkan di Indonesia oleh Mpu Tantular sekitar abad ke-14. Karena itu tidak ada alasan bagi bangsa Indonesia untuk mempersoalkan perbedaan.

Kelompok-kelompok radikal seperti ISIS atau Boko Haram di Nigeria juga tidak logis mengklaim mereka sebagai orang Islam.

"Mereka menggunakan ajaran dari peradaban Arab yang sedang kalah, bukan ajaran Islam. Saya menyebutnya rongsokan peradaban Arab. Ironisnya, rongsokan peradaban yang sudah kalah di Arab itu, justru 'dibeli' di sini. Bodoh sekali mereka itu. Semua terjadi karena wawasan, bacaan, dan pergaulan mereka terbatas," kecamnya.

Buya Syafii mengakui bicara terorisme itu sangat melelahkan. Ia melihat terorisme di Indonesia dipicu dua faktor. Pertama ketimpangan sosial ekonomi yang parah sehingga seperti memunculkan rumput kering atau jerami kering yang mudah terbakar.

Kedua, karena ledakan ekonomi yang membuat kesenjangan terlalu jauh akan berbuntut prahara.

Dalam hal ini, Buya memuji kebijakan Kepala BNPT Komjen  Suhardi Alius yang menggunakan pendekatan dengan bahasa hati dan ekonomi dalam menjalankan penanggulangan terorisme, terutama dalam mendekati dan merangkul mantan kombatan.

Salah satunya peresmian masjid Baitul Muttaqien dan Taman Pendidikan Anak (TPA) di kampung bomber Bom Bali, Amrozi cs yang dikelola Yayasan Lingkar Perdamaian yang dipimpin mantan teroris, Ali Fauzi, beberapa hari lalu.

"Pendekatan inilah yang membuat kelompok radikal sekarang terlihat agak jinak," pungkas Buya Syafii.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA