Kedatangan AC Milan kemaÂrin, mengubah Stadion Gelora Bung Karno (GBK) menjadi merah hitam, warna kostum keÂbanggannya. Gemuruh nyanyian Milanisti Indonesia pun terdeÂngar di tiap sudut Stadion, menÂjadikan atmosfirnya mirip di San Siro, Italia.
Ribuan penonton yang menyaksikkan pertandiÂngan antara AC Milan Glorie meÂÂlawan Indonesia All Star LeÂgend yang berakhir 4-2 (2-1) itu, hampir tak ada yang mengenaÂkan kostum kebesaran Tim GaÂruÂda (Indonesia).
Atmosfir mirip di stadion keÂbanggaan Milan (San Siro) maÂkin terasa sesaat peluit babak perÂtama ditiupkan. Yel-yel yang biasa dilantunkan pecinta Milan di neÂgeri asalnya pun langsung dikuÂmandangkan puluhan ribu MilaÂnisti yang memadati stadion GBK.
“
Forza Milan Vinci per noi Forza Milan, il Milan ale, Forza Milan, Milan Campioni Forza MiÂlan, il Milan ale,†suara Milanisti kompak mengumandangkan.
Milan Glorie mengawali laga dengan sangat baik. Dua peluang emas telah mereka dapatkan di sepanjang lima menit babak perÂtama melalui pergerakan Stefano Eranio. Namun baru pada menit ke-15, Milan Glorie mampu memÂbuka skor lewat aksi SerÂginÂho. Beradu sprint dengan bek-bek Indonesia, Serginho mamÂpu melesakkan sepakan terÂarah ke sisi kanan gawang HenÂdro Kartiko.
Indonesia All Star baru meÂnyamakan kedudukan di menit ke-34 melalui gol Bambang PaÂmungkas (Bepe). Menerima umÂpan dari tengah, Bepe mampu mengecoh Roque Junior untuk selanjutnya melepaskan tembaÂkan terarah ke gawang Massimo Taibi.
Milan Glorie kembali unggul satu menit jelang laga bubar. AnÂdriy Shevchenko mampu meÂnunÂjukan kelasnya saat menjebol gawang Indonesia All Star walau mendapat kawalan ketat dari Eko Purjianto. Skor 2-1 bertahan hingÂga laga babak pertama usai.
Di babak kedua, Indonesia All Star kembali menyamakan keduÂdukan melalui Bepe di menit ke-62. Pemain berusia 32 tahun terÂsebut mencetak gol melalui sunÂdulan khasnya.
Namun gol tersebut dibalas MauÂrizio Ganz di menit ke-66. MeÂmanfaatkan umpan dari IbraÂhim Ba, Ganz menyundul bola ke sisi kanan gawang Kurnia SanÂdy, Milan Glorie kembali ungÂgul 3-2. Serginho menutup kemenaÂngan dengan golnya di penghuÂjung laga. Akhirnya pertandingan ditutup dengan skor 4-2.
Sementara itu panitia penyeÂlenggara pertandingan Indonesia All Star versus AC Milan Glorie sukses dalam menjalankan acara yang dihadiri ribuan Milanisti dari berbagai penjuru Indonesia. Namun ternyata ada kisah lain yang menyelimuti penyelengÂgaraan pertandingan tersebut.
Dimulai dari sulitnya para warÂtawan dalam mendapatkan akÂses hingga kondisi lainnya yang membuat beberapa pihak merasa dirugikan. Salah satu yang meÂngeluh kepada para wartawan adaÂÂlah seorang supir yang bertÂugas dalam operasional acara. “Aduh koordinasi kacau mas. Beberapa kali kita harus bolak-balik tanpa tujuan yang jelas dan sering ada miskomunikasi,†kata pria yang enggan menyebut naÂmaÂnya.
Selain itu, tidak ada konferensi pers yang diadakan pihak paÂnitia. Padahal konferensi pers pasÂca pertandingan adalah bagian terÂpenting yang harus diadakan pihak penyelenggara.
Untuk meminta komentar peÂmain ke dalam mixed zone pun juga sulit dan membuat para warÂtawan harus pintar-pintar menÂcari celah. Ironisnya, banyak seÂkeÂlompok orang yang tidak jelas asalnya masuk dengan seenaknya ke dalam
mixed zone demi berfoto dengan para pemain. [Harian Rakyat Merdeka]