Selain itu, Rezai juga sukses mencapai pertandingan babak semifinal di Edgbaston 2010, setelah mengalahkan juara berÂtahan Eastbourne yang juga peÂtenis peringkat satu dunia, CaÂroline Wozniacki.
Karena pukulannya yang keras dan agresif, Rezai pernah menumbangkan beÂkas-bekas ratu tenis dunia laiÂnÂnya seperti Justine Henin dan Maria ShaÂraprova. Serta menjadi petenis Muslim satu-satunya yang berÂhasil masuk ke putaran kedua Grand Slam Wimbledon 2010.
Namun, lantaran dirinya buÂkan warga negara asli Prancis, tak jarang perlakuan disÂkriÂmiÂnatif kerap diterimanya. “Pada umur 17 tahun, saat saya menÂjuarai Kejuaraan Prancis Junior, saya diskors oleh Federasi PranÂcis selama dua bulan karena saya bermain dua turnamen berÂturut-turut,†kisahnya.
Sedangkan dua petenis lain yang melakukan hal sama tidak kena penalti. Kedua petenis itu adaÂlah asli warga negara PranÂcis, sementara Rezai keturunan PerÂsia. “Pada waktu itu saya meÂrasa sangat kecewa,†curhat Rezai.
“Saya memiliki dua paspor, Prancis dan Iran. Ketika saya berÂmain untuk Prancis, orang-orang berkata ‘dia seorang Iran, bukan Perancis. Tatapi saya bangga menjadi separuh Iran dan itulah mengapa saya meÂmiliki sebuah kalung dari Iran yang melingkari leher saya setiap saat,†jelasnya.
Rezai juga mengaku bangga dengan predikatnya sebagai petenis Muslim, meski kadang keyakinannya kerap memÂbuatÂnya mendapat perlakuan disÂkriÂminatif.
[rm]
BERITA TERKAIT: