Hadir pula President Chinese Academy of Social Sciences (CAAS) Prof. Gao Xiang, didampingi para pejabat dari National Institute of International Strategy CAAS. Pejabat dari Embassy of the People's Republic of China yang hadir adalah Counselor of Culture Division Mr. Wang Si Ping dan para deputi dan kepala Organisasi Riset serta Kepala Pusat Riset.
Simposium dihadiri para periset dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, lembaga think tank, periset BRIN dan juga periset China sejumlah kurang lebih 250 peserta.
Waka BRIN menyampaikan kolaborasi riset BRIN dan CAAS ke depan dapat lebih dikonsentrasikan untuk kepentingan bersama kedua negara.
“Terutama dalam membangun perdamaian global yang lebih konstruktif. Indonesia dan China dapat berperan penting merumuskan solusi penyelesaian konflik di berbagai belahan dunia, seperti di Ukraina, Gaza, Sudan, dan lain-lain,” kata Prof. Octavian.
Simposium Internasional ini menggelar 2 sesi diskusi menampilkan 12 pembicara kunci dari multidisiplin dan interdisiplin keilmuan.
Terlebih lagi dengan berdirinya Pusat Kajian China di BRIN, maka riset-riset politik dan sosial dapat difokuskan untuk menyelaraskan implementasi Jalur Sutra Maritim dan Jalur Rempah Maritim pada abad ke-21 sebagai bentuk nyata kepentingan bersama kedua negara.
Menurut Prof. Octavian, kepentingan bersama dari perspektif Indonesia adalah memajukan Peradaban Nusantara setara dengan Peradaban China.
“Untuk itu BRIN akan menyelenggarakan program, antara lain Degree by Research, Postdoctoral, dan Visiting Researcher. Sementara CAAS menawarkan program Scholarship dan Fellowship for Visiting Scholars,” jelasnya.
Simposium Internasional ini juga menghadirkan pameran buku hasil riset Indonesia dan China yang telah dipublikasikan.
BERITA TERKAIT: