Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

PMK Tak Kunjung Reda, Pasar Hewan di Rembang Terancam Ditutup

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Kamis, 23 Januari 2025, 02:59 WIB
PMK Tak Kunjung Reda, Pasar Hewan di Rembang Terancam Ditutup
Situasi Pasar Hewan Pamotan Rembang yang ditutup sementara/RMOLJateng
rmol news logo Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menjadi momok yang mengancam dunia peternakan di Indonesia. Sejumlah pasar hewan pun terancam ditutup guna menekan penyebaran penyakit ini.

Hal itu seperti yang terjadi pada Pasar Hewan Pamotan, Rembang, Jawa Tengah yang telah direkomendasikan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dintanpan) Rembang untuk segera ditutup.
 
Dintanpan Rembang mengeluarkan dua rekomendasi penting untuk mencegah penyebaran PMK di Pasar Hewan Pamotan. 

Kepala Dintanpan Rembang, Agus Iwan, menjelaskan bahwa rekomendasi pertama adalah memperketat pos screening di pasar dengan melibatkan personel dari Polri dan TNI.

“Hari ini sudah kami usulkan ke Pak Kadin Dindagkop, dan akan segera dikaji,” kata Agus dikutip Kantor Berita RMOLJateng, Rabu, 22 Januari 2025

Rekomendasi kedua adalah penutupan sementara Pasar Hewan Pamotan. Usulan ini telah disampaikan kepada Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Dindakop UKM) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan pasar.

Dintanpan juga telah berupaya keras mencegah masuknya ternak dengan gejala PMK ke Pasar Hewan Pamotan. Kendaraan pengangkut ternak dari luar daerah yang membawa hewan bergejala PMK diminta untuk putar balik. 

“Salah satu upaya kami adalah menghentikan lalu lintas ternak,” ujar Agus.

Meski begitu, masih ditemukan pedagang yang nekat menjual ternak dengan gejala PMK. Kondisi ini memaksa Dintanpan untuk merekomendasikan penutupan pasar sementara guna menghindari lonjakan kasus PMK di wilayah tersebut.

“Dari teman-teman medis dan petugas lapangan untuk pos pemantauan di Pasar Hewan Pamotan itu memang dilaporkan masih dijumpai ternak dengan gejala PMK yang masuk di pasar hewan,” pungkas Agus.

Sebelumnya secara terpisah, Komite Pendayagunaan Pertanian, Teguh Boediyana telah mengingatkan bahwa wabah PMK jika tidak ditangani akan berdampak pada menurunnya perekonomian peternak.

“Mahal sekali kalau kita sudah kena PMK, kenapa kita masuk lagi karena penanganan 2022 menurut kami tidak maksimal. Ini suatu gambaran berbahayanya penyakit mulut dan kuku menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi,” ujar Teguh dikutip dari kanal Youtube Current Affair TVRI beberapa waktu lalu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA