Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mustahil Ketahanan Pangan dari Laut Tanpa Mensejahterakan Nelayan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Selasa, 17 September 2024, 05:25 WIB
Mustahil Ketahanan Pangan dari Laut Tanpa Mensejahterakan Nelayan
Dok Foto/Istimewa
rmol news logo Hasil laut diyakini menjadi jawaban atas rencana pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, pangan bergizi nasional dan penyerapan tenaga kerja. 

Namun Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna berharap semua itu harus mengendepankan peranan masyarakat pesisir.

“Bukan hal sulit rasanya bila kita ingin memastikan ketahan pangan nasional, laut kita sudah menjadi jawaban akan hal itu beribu-ribu tahun. Akan tetapi menjadi anomali apabila dalam praktiknya pemerintah melakukan hal berlawanan dengan apa yang dicanangkan tersebut,” ujar Hendra dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (17/9).

Ia mencontohkan rencana reklamasi di Kota Surabaya dan agenda pemerintah menggeser bagan tancap/jaring apung di Teluk Jakarta. KPPMPI memandang kedua agenda tersebut berlawanan dengan semangat ketahanan pangan yang dikampanyekan pemerintah.

“Sulit rasanya bila nelayan tersingkir di laut, ruang penghidupan nelayan di laut diganggu bahkan dikurangi dan dibatas,  bahkan tidak sedikit di darat pun dirundung. Permukiman nelayan digusur dengan dalih pelebaran sungai seperti di Kampung Dadap Tangerang misalnya,” jelasnya.

Menurut dia, nelayan merupakan subjek terpenting dalam pemenuhan pangan bergizi. Tanpa kehadiran nelayan sulit rasanya ikan dan produk kelautan perikanan lainnya yang bergizi tinggi ini bisa sampai ke meja makan kita. 

Maka Hendra berharap pemerintah untuk mengimplementasikan undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak garam.

“Usaha nelayan harus didukung betul, sarana prasarananya harus betul-betul ada. Mulai dari SPBUN, TPI, pelabuhan perikanan, air bersih hingga cold storage, sehingga usaha hilirisasi kelautan perikanan akan jauh lebih baik dari sekarang,” bebernya.

Distribusi produk kelautan perikanan diharapkan juga diperbaiki, terutama dalam menyerap hasil produksi dari pulau-pulau kecil. 

KPPMPI mencontohkan kejadian ikan yang dibuang-buang di Sabang Aceh karena minimnya serapan produksi, dan teranyar di Pengambengan Bali karena anjlok harga. 

“Sementara di pulau-pulau kecil atau daerah lainnya ikan tidak terserap atau harganya anjlok, sementara kadang kita mendengar beberapa pabrik olahan kekurangan ikan. Demikian juga di perkotaan harga ikan terbilang terlampau tinggi bagi masyarakat menengah kebawah, tentu hal ini terjadi karena belum begitu baiknya sistem distribusi atau logistik kita," bebernya lagi. 

"Padahal sudah menjadi negara kepulauan sejak dahulu, namun sepertinya sistem logistik kita belum sesuai dengan geografis yang kita miliki,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA