Untuk itu BNPB akan melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mempercepat evakuasi.
Kepala BNPB Suharyanto menjelaskan, operasi TMC digelar guna mendukung proses evakuasi bisa lebih cepat, dan perbaikan sarana dan prasarana yang terdampak bisa ditindaklanjuti dengan segera.
"Kami tidak ingin dalam usaha pada tahap tanggap darurat ini terhambat lagi prosesnya karena adanya turun hujan dan cuaca buruk sehingga adanya bencana susulan," kata Suharyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5).
Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB, hingga Rabu kemarin (15/5) pukul 12.10 WIB, data korban meninggal tercatat berjumlah 67 orang.
Sedangkan korban hilang masih tercatat sebanyak 20 orang, dan 989 KK terdampak, serta 44 orang mengalami luka-luka.
Suharyanto memastikan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota, bersatu bekerjasama dalam proses pencarian dan evakuasi korban sampai tuntas.
"Artinya kita maksimalkan untuk terus melakukan pencarian di samping penanganan darurat yang lain dikerjakan," kata Suharyanto.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, TMC akan disiapkan bersama antara BMKG dan BNPB. Dimana saat ini tengah dipersiapkan dan memperhitungkan jumlah sortie yang akan dilakukan dengan melihat dinamisnya cuaca yang ada.
"Untuk TMC masih kami hitung (berapa sortie), tapi kami akan siapkan kurang lebih untuk periode sekitar enam sampai tujuh hari," kata Dwikorita.
Mengenai jumlah sortie, Dwikorita belum bisa mengungkapkan kepastiannya karena itu tergantung pertumbuhan awan.
"Biasanya bisa sampai 4 bahkan 11 sortie pernah kami lakukan, tapi tidak selalu tergantung pertumbuhan awan tadi. Tapi kalau untuk pesawatnya kita siapkan sampai tanggal 22 Mei 2024," tutup Dwikorita.
BERITA TERKAIT: