"
Heat stroke yang dapat berujung kematian tidak serta merta terjadi. Awalnya didahului dengan dehidrasi atau kurangnya cairan dan 'heat exhaustion', yakni sangat kelelahan setelah terkena panas," kata praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama dikutip Jumat (10/5).
Menurut Ngabila, terdapat sembilan gejala awal
heat stroke serta cara penanganannya.
Pertama, suhu tubuh tinggi, lebih dari 40 derajat Celsius, kulit panas dan kering, pusing dan sakit kepala dan mual. Lalu denyut nadi cepat, pernapasan lebih cepat, kebingungan, kejang dan pingsan atau penurunan kesadaran.
Jika menemukan gejala demikian, kata Ngabila, berteduh dan segera menyiram pasien dengan air sampai basah seluruh tubuh.
"Kemudian mandi dengan air dingin jika bisa atau berikan es batu terutama di bagian kulit tipis, seperti kulit kepala, lipat ketiak, lipat paha," kata Ngabila.
Ngabila turut mengingatkan bahwa gejala dehidrasi pada balita, lansia, penyandang obesitas dan ibu hamil lebih sulit dideteksi.
"Hati-hati pada kondisi anak balita, lansia, orang dengan obesitas dan ibu hamil, memiliki gejala dehidrasi yang lebih sulit dikenali di awal," kata Ngabila.
Ia juga meminta masyarakat agar tidak panik dan selalu siap dengan langkah pencegahan.
"Jangan panik, tapi perlu waspada. Jangan lupa untuk minum air yang cukup," kata Ngabila.
Kemudian penggunaan
sunscreen juga untuk mencegah kanker atau masalah kulit lainnya seperti pelembaban kulit, mencegah luka melepuh dan kulit kering.
"Kacamata mencegah katarak akibat paparan sinar UV matahari," tutup Ngabila.
Sebelumnya, Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Albert Nahas pada Minggu (5/5) memprediksi Jakarta akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024 dan akan mencapai puncaknya pada Juni 2024.
BERITA TERKAIT: