Selain civitas akademika, milad juga dihadiri sejumlah undangan seperti Asisten Administrasi Umum Setda Kota Tangerang yang mewakili Pj Walikota Tangerang Wahyudi Iskandar, Ketua APTISI Banten yang juga Rektor Universitas Raharja Dr Po Abas Sunarya serta undangan dari kampus lainnya.
Acara diawali dengan sidang senat universitas secara terbuka dan pemutaran video sejarah lahirnya UNIS Tangerang serta orasi dan sambutan-sambutan.
Rektor Unis Tangerang, Prof. Mustofa Kamil menyatakan, pada usia yang telah matang ini, UNIS harus membuka diri agar mampu menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan generasi yang berkembang secara masif, khususnya Generasi Z dan Metaverse.
“Tiga Megatrend yang paling mendasar dalam membangun marketing tahun 2030 karya Herman Kartajaya tahun 2022 adalah:
sustainable development Goals (SDGs), generasi Z dan Metaverse,” ujar Prof. Mustofa.
Lanjut dia, SDGs lahir karena adanya kekhawatiran terhadap keberlanjutan masa depan bumi dan umat manusia sehingga mendorong PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) melahirkan agenda global bernama
Millenium Development Goals (MDGs), yang kini berkembang menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs).
“SDGs merupakan agenda yang dibentuk sejak tahun 2015 dan direncanakan selesai pada tahun 2030. Agenda ini dibentuk untuk menjaga peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan sekaligus memperhatikan ekosistem alam. Secara lebih detail, SDGs memiliki 17 tujuan utama yang disertai 169 target dan 231 indikator,” jelasnya.
Meskipun bermula dari agenda PBB yang didukung pemerintahan di dunia, sambungnya, SDGS ternyata menuntut dukungan dari semua pihak. Termasuk kontribusi Perguruan Tinggi dibutuhkan untuk mencapai target-target ambisius yang ada.
Perguruan tinggi berperan terhadap indikator SDGs yang ditetapakan masih sangat kecil yakni 4 persen, namun jika pemerintah bekerja sama (berkolaborasi/bermitra) dengan perguruan tinggi maka hasilnya bisa mencapai 47 persen.
“Peran perguruan tinggi dalam menjangkau SDGs dapat diwujudkan melalui riset indikator SDGs, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya.
Dengan begitu, perkembangan masyarakat yang diwarnai perubahan cepat, kompleks dan berkelanjutan mewarnai munculnya kebutuhan pengetahuan dan keterampilan baru sehingga mendorong perubahan budaya akademik pendidikan tinggi yang dituntut menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi, berintegrasi, berkreasi serta berkontribusi positif pada kehidupan diri, lingkungan dan agama.
Masih kata Prof. Mustofa, pendidikan tinggi yang cenderung konvensional dan bertumpu pada
transfer of knowledge dianggap kurang mampu melahirkan lulusan yang terampil beradaptasi, berintegrasi, berkreasi dan berkontribusi positif sejalan dengan tuntutan zamannya.
“Untuk itulah diperlukan transformasi pendidikan tinggi yang dapat melahirkan lulusan sebagai pembelajar sepanjang hayat (
lifelong learner) yang inovatif, kreatif dan produktif sehingga berkontribusi positif di masyarakat secara berkesinambungan,” ungkap dia.
Prof. Mustofa menambahkan terbangunnya budaya mutu yang ditandai dengan ketercapaian standar diperlukan suatu upaya manajemen mutu dalam bentuk jaminan
quality assurance maupun
quality control.
“Sehingga semua aspek yang terkait dengan layanan pendidikan yang diberikan mampu mencapai standar mutu tertentu sehingga output yang dihasilkan sesuai visi dan misi perguruan tinggi UNIS,” tegasnya.
Oleh karena itu, UNIS dalam mempersiapkan sumber daya manusia masa depan diperlukan gagasan-gagasan baru baik dalam menata kurikulum, mengembangkan
cyber campus sebagai jawaban terhadap perlunya layanan pembelajaran
distance education atau
distance learning, menambah program studi dengan kompetensi kekinian, meningkatkan kemampuan dan kompetensi dosen mengembangkan layanan-layanan kampus berbasis digital serta berbagai perangkat pendukung lainnya baik pendukung riset maupun pengabdian masyarakat.
“Kurikulum UNIS pada generasi alpha (Z) harus mampu menekankan pada pembelajaran yang bersifat interdisiplin, interkultural, dan ekologis dengan berlabuh pada dua prinsip dasar, yakni pemenuhan hak atas pendidikan dan komitmen terhadap pendidikan sebagai upaya masyarakat umum dan kebaikan bersama berdasar pada nilai-nilai akhlakul karimah,” bebernya.
“Perubahan UNIS pada era generasi alpha perlu didukung juga dengan perubahan fungsi UNIS sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjunjung nilai-nilai Islami yang meliputi; fungsi religius, fungsi teknis-ekonomis, fungsi sosial-manusia, fungsi politik, fungsi budaya, dan fungsi pendidikan,” pungkas dia.
BERITA TERKAIT: