Dikutip dari
Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (8/3), peristiwa itu terjadi pada dini hari sebelumnya. Karena rusak parah, 12 kepala keluarga dengan 34 anggota keluarga terpaksa mengungsi.
Sebenarnya tanda-tanda tanah bergerak sudah lama dirasakan. Kepala Desa Sambirejo, Sungkono, mengatakan, sebelumnya pihak BPBD juga telah melakukan penelitian terkait hal itu.
Dan setelah itu warga diminta mencari tempat aman untuk mengungsi sementara, tapi mereka tetap bertahan di rumah masing-masing.
BPBD juga sudah mengingatkan bahwa keretakan akan lebih parah dan membahayakan keselamatan warga. Bersyukur, hingga peristiwa terjadi, tidak ada korban jiwa.
"Warga belum bergeser, dan pada dini hari tadi terjadi keretakan," kata Sungkono, di lokasi kejadian.
Sementara Stevy Maria, Supervisor BPBD Jombang, kepada wartawan mengungkapkan, keretakan atau tanah bergerak disebabkan rumah berada di lereng, dengan tingkat kemiringan 45 derajat. Sedangkan tanah tidak cukup kuat menahan beban bangunan di atasnya.
"Sebenarnya pada 2019 sudah terjadi retakan, karena kemiringan lereng dan beban bangunan di atasnya," jelas Stevy.
Menurutnya, keretakan akan makin parah, terutama karena kontur tanah yang terus diguyur hujan.
BERITA TERKAIT: