Ironisnya, kejadian ini sudah berlangsung setahun terakhir. Namun hingga kini tak ada warga yang berani mempermasalahkan. Alasannya, mereka takut tidak mendapat bantuan lagi.
"Istri saya juga menjadi korban. Mestinya tiap dua bulan mendapat Bansos sebesar Rp400 ribu," ungkap Dwi, salah seorang warga Ngargoharjo, dikutip
Kantor Berita RMOLJateng, Selasa (5/3).
Dwi menuturkan, untuk mempermudah pencairan Bansos, ada warga setempat yang membuka jasa agen bank.
Di tempat agen itulah warga penerima bantuan mencairkan dana. Dengan dalih agar pencairan tidak ribet, warga penerima diminta mengumpulkan ATM beserta nomor pinnya.
Ketika para penerima mendapat kabar kalau dana sudah cair, mereka bergegas ke agen untuk mengambil uang.
Akan tetapi, pihak agen selalu berdalih uang belum bisa diambil. Meskipun, dana dari pemerintah sudah sampai ke rekening mereka. Namun, dana tak pernah bisa diambil karena tabungan ternyata sudah kosong.
‘’Para penerima Bansos dikumpulkan di kecamatan pada 27 Februari untuk diberi tahu dana sudah cair, namun ternyata dana tersebut sudah diambil pada 25 Februari,’’ terang Dwi yang dibenarkan oleh tetangganya, Saino.
Terpisah, Kepala Desa Ngargoharjo, Sumadi, ketika dihubungi via telepon menjelaskan, di desanya ada 427 orang penerima bantuan.
"Pada 27 Februari 2024 lalu mereka sudah mendapat penjelasan di kecamatan,’’ jelasnya.
Disinggung soal raibnya bantuan tersebut, Sumadi enggan menjelaskan lewat telepon.
"Ke sini saja, jangan hanya lewat telepon, biar lebih jelas," pintanya.
Namun Sumadi tidak menampik kalau di desanya ada permasalahan tersebut.
"Pihak desa sudah berusaha untuk memediasi kedua belah pihak. Bahkan sudah sampai ke Polsek. Namun belum ada titik temu," tandasnya.
BERITA TERKAIT: