Penampilan film yang pertama berjudul "Ndogmu dan Ndogku" yang disutradarai Kelik S. Nugroho dari Yogyakarta. Film bergenre live shoot animasi itu berhasil membuat penonton tertawa sekaligus tegang dengan alur cerita yang disajikan.
Kepala Balai Media Kebudayaan (BMK) Kemendikbudristek, Retno Raswaty, yang hadir di lokasi nonton bareng mengucap syukur dan terima kasih karena ratusan anak-anak itu sudah menyaksikan film-film Layar Anak Indonesiana.
“Terima kasih sudah menyaksikan produksi dari Indonesiana.TV yang berhasil lolos seleksi di JAFF. Ini adalah hasil dari sebuah proses panjang, mulai Februari sampai selesai Agustus dan bisa hadir di JAFF. Ini adalah bukti dari sebuah usaha dan kerja keras untuk bisa tampil dan tayang di sini,” tutur Retno, melalui keterangannya, Selasa (5/12).
Film LAI yang ditayangkan di JAFF adalah film "Perahu Kertas Hao You" yang disutradarai Riqhi Alvin Sani dari Pontianak, "Mlethek" yang disutradarai Wahyu Agung Prasetyo dari Yogyakarta, "Serdadu Apel Emas" yang disutradarai Lingga G. Permadie dari Malang, serta film animasi wayang berjudul "Ijo dan Emas" yang disutradarai Daud Nugraha dari Bandung.
Usai menonton, anak-anak mendapat kesempatan untuk bertanya langsung kepada para sutradara dan pemeran film mengenai proses produksi. Kenzo, siswa SD Muhammadiyah Demangan mengatakan, dirinya senang bisa menonton film-film tersebut bersama teman-temannya.
“Saya ingin bertanya, bagaimana cara membuat film 'Serdadu Apel Emas'?” ujarnya kepada Lingga G. Permadie, sang sutradara.
Dijelaskan oleh Lingga, proses produksi filmnya diawali dengan pembuatan naskah, lalu membuat lagu, dan dihafalkan bersama dengan para pemain.
Penonton lainnya, David, bertanya berapa lama proses pembuatan film "Perahu Kertas Hao You". Sang sutradara, Riqhi Alvin Sani menuturkan, proses produksi filmnya memakan waktu selama satu sampai dua bulan untuk persiapan. Kemudian, proses syuting selama empat hari dan editing sekitar 1,5 bulan.
Sedangkan Daud Nugraha, sutradara film animasi wayang "Ijo dan Emas" mengatakan, ada lebih dari 100 wayang yang digunakan dalam produksi filmnya.
“Untuk pembuatan wayang, kami tidak menggunakan kulit sapi, melainkan dengan karton yang tebal, serta cat khusus untuk pembuatan wayang kulit,” paparnya.
Layar Anak Indonesiana (LAI) merupakan program produksi film pendek fiksi dan dokumenter untuk anak yang diselenggarakan BMK Kemendikbudristek melalui Indonesiana.TV.
LAI mencoba mengisi kelangkaan produksi film untuk anak sekaligus mengangkat keragaman cerita dan talenta dari berbagai kota di Indonesia. Setiap film membawa keunikan dan ragam seni budaya yang menghidupinya.
Tujuannya, memperkenalkan objek pemajuan kebudayaan dan menanamkan pendidikan karakter, nilai budaya, dan kearifan lokal pada anak.
Hadirnya film anak semakin melengkapi deretan layar lebar yang disajikan JAFF, hingga turut menjadi ajang apresiasi dan literasi film bagi pelajar Kota Yogyakarta. Dalam hal ini, Balai Media Kebudayaan bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Adapun siswa-siswi yang datang untuk menonton LAI di JFF ini berasal dari SD Muhammadiyah Demangan, SD Negeri Klitren, SD Negeri Bhayangkara, SD Negeri Demangan, SD Muhammadiyah Sapen I, SD Muhammadiyah Sagan, SD Negeri Serayu, SD Negeri Ungaran, dan SD Negeri Sagan. Acara ini juga dihadiri Inspektur I Kemdikbudristek, Muhaswad Dwiyanto.
BERITA TERKAIT: