Perwakilan Kantor Bea Cukai Bengkulu, Fernanda mengatakan, hasil kayu dan olahan UMKM belum dimanfaatkan maksimal oleh pengusaha di daerah ini.
"Kayanya hasil alam di Provinsi Bengkulu harus dimanfaatkan dengan mengolah sumber daya alam yang ramah lingkungan," ujar Fernanda dikutip
Kantor Berita RMOLBengkulu, Sabtu (3/6).
Sejauh ini, kata dia, ekspor Provinsi Bengkulu masih bergantung pada batubara dan bahan mentah sawit.
Dalam struktur ekspor, terlihat batubara mendominasi lebih dari 60 persen berdasarkan data BPS, disusul cangkang sawit yang saat ini baru sekedar limbah industri.
"Tingginya ekspor sumber daya mineral dan batubara harus mulai dikurangi mengingat ke depan suplai sumber energi ini akan habis," tuturnya.
Selain itu, menurut dia, dua komoditas tersebut tidak terlalu berdampak dengan ekonomi daerah. Sehingga, pengusaha dan pemerintah diminta agar mulai melirik komoditas lainnya.
Keberagaman komoditas ekspor dapat dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah/sebab banyak potensi komoditas yang bisa diekspor. Seperti ekspor kayu/karet maupun lintah dan hasil ekonomi kreatif.
Selain itu Bengkulu dapat melakukan ekspor komoditas turunan kelapa sawit lainnya, seperti minyak kelapa sawit, serat kelapa sawit, dan bahan baku untuk produk turunan lainnya.
"Dengan demikian produk ekspor akan berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan per kapita provinsi Bengkulu," demikian Fernanda.
BERITA TERKAIT: