Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menerangkan, gempabumi susulan atau
aftershock di Flores Timur terjadi hingga ratusan kali.
"Sudah 663 kali gempabumi susulan," ujar Daryono dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (17/12).
Meski begitu, Daryono memastikan entetan gempabumi susulan itu menunjukkan tren penurunan, baik dari segi intensitas maupun frekuensi.
"Masyarakat diharapkan tidak terlalu khawatir, tapi tetap waspada," imbaunya.
Selain itu, Daryono juga menyatakan bahwa
aftershock merupakan fenomena yang lazim terjadi setelah ada gempabumi dengan intensitas yang cukup besar di suatu daerah.
"Frekuensi dari aktivitas gempabumi susulan itu sudah menurun," imbuhnya.
Lebih lanjut, Daryono menuturkan gempabumi di Flores Timur yang berpusat di 7.59 LS dan 122.24 BT sebelumnya dirasakan kuat oleh masyarakat di 18 kabupaten di 3 provinsi, meliputi 9 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, 3 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dan 6 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara.
Katanya, gempabumi yang diikuti dengan adanya peringatan dini tsunami dari BMKG itu juga membuat sebagian warga di Kabupaten Kepulauan Selayar trauma, karena teringat tentang gempabumi kuat yang terjadi pada 12 Desember 1992, dan memicu terjadinya gelombang tsunami yang juga berdampak di Kepulauan Selayar.
"Faktor psikologis ini menimbulkan kekhawatiran warga, sehingga sebanyak 5.064 jiwa memilih mengungsi ke lokasi yang lebih aman," paparnya.
Kekinian, laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Selayar, beberapa warga hingga hari ini masih memilih tinggal di tenda-tenda darurat yang dibangun menggunakan terpal.
Dengan adanya hasil monitoring gempa susulan dari BMKG tersebut, diharapkan masyarakat terdampak tidak terlalu khawatir dan optimis kondisi segera pulih.
"Seiring dengan peluruhan energi paska gempa, diharapkan seluruh aktivitas masyarakat dapat segera kembali seperti semula," tutup Daryono.
BERITA TERKAIT: