Selain karena pandemi, persoalan lain yang juga memicu sepinya BIJB Kertajati adalah belum rampungnya pembangunan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan). Hal tersebut perlu menjadi perhatian berbagai pihak agar intensitas penerbangan BIJB kembali meningkat.
Demikian diungkapkan Direktur Utama PT BIJB, Salahudin Rafi, dalam keterangannya yang diterima
Kantor Berita RMOLJabar, Jumat (6/11).
"Kenapa Tol Cisumdawu? Bandara itu punya daerah cakupan, namanya
Catchment Area. Nah
catchment Bandara Kertajati itu dari Karawang ke Kertajati, Jawa Tengah bagian Barat ke Kertajati. Sama halnya Bandung. Itu
demand-nya 6,5 juta penumpang per tahun," jelas Rafi.
Rafi menambahkan, akses dari dan menuju bandara adalah aspek yang sangat dipertimbangkan wisatawan maupun masyarakat umum dalam bepergian atau melakukan pekerjaan dinas luar kota. Sehingga, bandara yang akses perjalanannya tidak memakan waktu lama yang akan banyak dipilih.
"Akses ke Bandara Kertajati itu di atas 90 menit. Sehingga penumpang masih memilih bandara lain. Dari 6,5 juta per tahun, 4 jutanya masih ke Bandara Husein (Sastranegara); 1,2 juta ke Bandara Soekarno Hatta; dan lainnya ke Bandara Halim," beber Rafi.
"Rumusnya di situ, tidak ada Covid-19 pun bangkitnya tidak seperti yang diharapkan," tegasnya.
Padahal, Rafi menjelaskan, trafik BIJB Kertajati pada awal 2020 sempat mencapai 22 penerbangan per hari. Rinciannya adalah 11 untuk keberangkatan dan 11 kedatangan.
Angkutan cargo pun rata-rata 6 sampai 8 ton per hari. Ditambah dua pemberangkatan internasional, yakni Kertajati-Malaysia-Jeddah dan sebaliknya.
"Sudah jalan. Begitu 16 April saat pemerintah menerapkan pandemi, Kemenhub melakukan pembatasan (lockdown), dan segala macam dari April sampai sekarang, turun. Namun, diprediksi kita hingga akhir tahun," tandasnya.
BERITA TERKAIT: