Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pesan Rokhmin Dahuri Kepada Nelayan SPPI, Kuasai Bahasa Asing Dan Jangan Boros

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Selasa, 17 Maret 2020, 08:55 WIB
Pesan Rokhmin Dahuri Kepada Nelayan SPPI, Kuasai Bahasa Asing Dan Jangan Boros
Rokhmin Dahuri/Net
rmol news logo Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus pembina Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI), Rokhmin Dahuri mengatakan, selama 5 tahun ini SPPI telah berkonstribusi dalam meningkatkan baik secara teoritis maupun praktik kepada para nelayan Indonesia.

"Saya sebagai pembina bersama Ketum SPPI, Ilyas, memang berkeinginan untuk mendidik nelayan kita yang trampil dan siap kerja dalam dan luar negeri," kata dia saat membuka kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Basic Safety Training (BST) dan Sertifikasi Kecakapan dan Ketrampilan (SKK) Kapal Layar Motor 30- 60 Mil, di Kampus Biru Samudera Nusantara, Cirebon, Senin (16/3).

Program yang diikuti 200 peserta dari berbagai daerah di kawasan Pantura terlaksana atas kerjasama SPPI dengan Politeknik Pelayaran Banten, diadakan di Kampus Biru Samudera Nusantara Maritime Training Center, Jalan Banjarwangun, Desa Banjarwangun, Mundu, Cirebon, Jawa Barat.

Diklat ini menghadirkan narasumber Rokhmin Dahuri sendiri, dari Poltekpel Banten, dan pengajar dari SPPI. Ada juga materi tentang pencegahan virus corona (Covid-19) melalui pemakaian hand sanitizer dari prajurit Babinsa TNI Koramil Astana Japura.

Rokhmin menilai, sebagai pekerja, dunia internasional sudah mengenal kelebihan Awak Buah Kapal (ABK) Indonesia yang rajin, loyal, displin dan penurut. Kekurangan mereka hanya pada penguasaan bahasa asing.

Karena itu, dia berharap melalui wadah SPPI kemampuan bahasa di negara pengguna semisal Inggris dan Korea secara intensif dipelajari agar memenuhi persyaratan yang diminta pengguna di luar negeri.

SPPI berkomitmen untuk melahirkan SDM nelayan yang trampil, memiliki kompetensi, mempunyai etos kerja yang hebat, dilatih BST, SKK dan kompetensi lain yang dibutuhkan.

"Alhamdulillah, ribuan ABK kita sudah banyak yang bekerja di Korea dan negara lain baik di sektor perikanan maupun manufacture," ujar Rokhmin yang juga kini menjabat sebagai Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.

Rohmin yang hadir ke Cirebon dalam kegiatan mengkampanyekan kebiasaan masyarakat untuk memakan ikan mengatakan bahwa pendapatan nelayan itu lebih banyak dari petani. Hanya karena mereka boros, dan terkadang suka mabuk-mabukan maka hal itu mempengaruhi pendapatan mereka.

Karena itu, harapnya, pentingnya peran ulama, dan pendeta agar lebih menanamkan kesadaran beragama agar mereka berhemat, tidak konsumtif, agar jangan lebih besar pasak daripada tiang.

Kepada para peserta Diklat, Rokhmin mengharapkan agar mengikuti kegiatan ini dengan serius agar maksimal ilmu yang didapatkannya.

Ada tiga harapan yang disampaikannya. Pertama, yaitu terjadi perubahan di bidang pengetahuan atau knowledge change yaitu dari menangkap ikan secara tradisional kepada menangkap ikan secara modern, aman dan nyaman. Kedua, terjadi perubahan skill atau skill change. Ketiga, yaitu perubahan akhlak atau attitude Change.

"Ini penting karena produktivitas kita pada tingkat ASEAN saat ini menempati peringkat keenam. Padahal seharusnya sebagai negara maritim kita itu masuk peringkat satu. Melalui ketiga perubahan itu kita mengharapkan akan terjadi perubahan signifikan dari nelayan kita sehingga berdampak pada kesejahteraan mereka," papar Rokhmin.

Sementara itu, Ketua Umum SPPI, Achdiyat Ilyas Pangestu menambahkan, diklat BST dan SKK ini bisa memberikan pemahaman kepada para nelayan terkait keselamatan dalam bekerja dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Ilyas menjelaskan, selain materi yang diajarkan secara teoritis, juga diajarkan praktik keselamatan berlayar dengan bertujuan peningkatan keterampilan terkait segala upaya keselamatan di atas kapal sesuai UU kelautan yang berlaku dan sebagai bukti legalitas bagi nelayan untuk melaut sejauh 30-60 mil.

"Dengan mengikuti pelatihan ini maka peserta akan memiliki seperti SIM di laut sehingga tidak bisa ditangkap oleh Polisi Perairan dan Udara (Polairud) karena sudah memiliki kelengkapan persyaratan yang ditetapkan pemerintah," tutup Ilyas seraya menambahkan pihanya tidak membebankan kepada para peserta biaya untuk mengikuti pelatihan BST dan SKK 30/60 mil karena sudah dijamin pemerintah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA