Direktur Utama JakPro Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, Taufik bukan tidak setuju, namun belum setuju jika kawasan TIM akan dibangung hotel berbintang lima. Hotel berbintang itu nantinya akan disebut Wisma TIM.
"Jadi bukan tidak setuju revitalisasi ya. Tapi belum setuju dibangun hotel. Untuk itu maka kami membuka diri berdiskusi," kata Dwi saat ditemui di kantor JakPro, Thamrin, Jakarta Pusat,(25/11).
Dwi menegaskan jika pihaknya tidak akan mengelola kesenian di TIM.
"Kami gak akan mengelola seninya. Jadi seolah-olah itu dikuasai Jakpro. Enggak. Kami bukan menguasai TIM," tegasnya.
Lebih lanjut Dwi mengatakan, hasil lukisan dari seniman TIM nantinya akan dipajang di hotel atau Wisama TIM. Bahkan lukisan itu akan digantung di setiap kamar hotel agar tamu tertarik dan membeli lukisan tersebut.
"Bisa terbayangkan, karya seniman dari TIM itu ada di hotel ini. Hasil seni lukis dilihat pendatang, lalu membelinya," pungkasnya.
Sebelumnya Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik, mendukung langkah para seniman untuk menghentikan pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Taufik menilai PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tidak mengerti sejarah TIM, yang merupakan pusat kesenian dan budaya dan tidak boleh sembarangan dibangun hotel.
BERITA TERKAIT: