Demikian yang disampaikan Kepala Badan Pusat Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei dalam jumpa pers Evaluasi Bencana 2018 dan Prediksi 2019 di Ruang Pusdalops Graha BNPB Lantai 11 Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (19/12).
"Gempa bumi jarang terjadi, tapi kalau sekali terjadi di wilayah yang banyak penduduknya akan memakan korban yang banyak," tuturnya.
Contohnya adalah gempa bumi pada 28 September lalu di Sulteng dengan 20 kali gempa bumi yang menyebabkan 572 orang meninggal dunia, 2012 orang luka-luka, 483.364 pengungsi dan 16.520 unit rusak.
"Untuk di Sulawesi Tengah ini sangat unik dalam kejadian bencana, kita tidak pernah mengalami bencana yang sedemikian rupa, yaitu gempa langsung diikuti dengan tsunami, ada likuifaksi dan longsor sekaligus," paparnya.
Willem menyampaikan bahwa pasca bencana tersebut banyak ahli-ahli dari luar negeri mempelajari terkait adanya bencana tersebut, sebab datangnya tsunami dengan dominasi gempa bumi itu telah menimbulkan banyak pertanyaan.
"Apakah tsunami disebabkan oleh karena kejadian longsor, karena likuifaksi itu sehingga airnya naik dan lain segala macam, ini menarik. Jadi ini dalam pengkajian di masyarakat internasional," tutupnya.
[rus]