Dalam pidatonya, Anies bercerita tentang rapat raksasa yang digelar sebulan usai proklamasi kemerdekaan di tahun 1945. Kala itu lebih dari 250 ribu penduduk yang mayoritas berasal dari Jakarta datang dan berkumpul di lapangan tersebut.
"Peristiwa itu memiliki dampak yang luar biasa karena proklamasi yang pada pendeklarasiannya dihadiri hanya oleh beberapa ratus orang sering dianggap sebagai keputusan kaum elite, bukan dianggap sebagai sikap seluruh rakyat," ujar Anies.
Karena itu, peristiwa tersebut perlu diperingati karena ada sebuah pesan soliditas yang tercipta antara pemimpin, yaitu deretan kaum pengambil keputusan, dengan rakyat biasa yang harus terjalin.
"Yang berkumpul di Lapangan Ikada waktu itu adalah dari kampung-kampung di Jakarta dan kita tahu saat itu 95 persen penduduk republik ini masih buta huruf. Jadi pada saat itulah terjadi pertemuan yang relatif singkat tetapi memiliki makna yang besar bagi kita sekarang," jelasnya.
Berangkat dari kebersamaan itu, Anies mengajak agar para pemimpin di jajarannya, yakni Pemprov DKI agar selalu bekerja untuk rakyat tanpa membeda-bedakan strata sosial mereka.
"Jangan sampai pemimpin kemudian rakyat itu dalam posisi yang tidak sejalan tidak bersama. Ini adalah komitmen untuk mengingatkan kita semua. Menyapa satu sama lain dengan salam kebangsaan, pekik merdeka.
[ian]
BERITA TERKAIT: