Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kisah Rumah Sepatu Nomor 13 Di Medan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ilham-bintang-5'>ILHAM BINTANG</a>
OLEH: ILHAM BINTANG
  • Jumat, 03 Agustus 2018, 15:57 WIB
Kisah Rumah Sepatu Nomor 13 Di Medan
Rumah Jusuf Sokartara
TUAN rumah masih tidur pulas ketika Kamis (2/8) pagi, ditemani teman wartawan senior Ronny Simon, kami mengunjungi rumah sepatu di kawasan Polonia, Medan.
 
Muhammad Jusuf Sokartara (74) dan Novrita Agamas Sokartara, istrinya, setengah terperanjat menyambut kami datang. Mereka memang sedang tidur ketika dibangunkan oleh kemenakannya.

"Alamak! Abang kok tidak bilang-bilang. Ngabarin kek kalau mau ke Medan," kata Jusuf masih terhuyung-huyung karena bangun mendadak.

"Habis salat subuh tadi, kami tidur lagi," timpal Ita, sang istri.

Tiga Lantai

Rumah sepatu tiga lantai ini terletak di Jalan SMA Negeri 2, Karang Sari, Polonia, Medan. Rumahnya bercat putih. Penampakannya sangat mencolok biar pun dari kejauhan. Lokasinya berada di tanah yang cukup lapang di tepi jalan.
Bangunan berukuran panjang 9 meter lebar 5 meter berbentuk sepatu lars. Lengkap dengan rangkaian besi yang dilukiskan sebagai tali sepatu.

Rumah sepatu itu memiliki jendela di setiap lantai. Lantai paling atas dilengkapi balkon dengan teralis pengaman. Dari atas bisa melihat pemandangan sekeliling komplek perumahan keluarga besar Jusuf: sau Luas seluruhnya sekitar 2,5 ha.

Angka 13 kesukaan Jusuf. Itu tanggal pernikahannya dengan Novrita Agamas. Kini mereka dikarunia tiga anak. Dua perempuan satu laki-laki. Semuanya tinggal di Belanda.

Jusuf sendiri sudah lebih 30 tahun menetap di negeri kincir angin itu. Kemarin, kebetulan dia balik ke Medan. Akhir bulan kami balik lagi ke Holland," papar mantan pengeliling dunia dengan sepeda itu.

Angka 13 menjelaskan tanggal dimulainya pembangunan rumah itu pada bulan Februari tahun 2015. Sekaligus menjelaskan mengenai tinggi bangunan.

Mantan atlet balap sepeda ini menamai dirinya Harimau dari Sumatera. Mungkin untuk menggambarkan ketangguhannya survive di Belanda.

Jusuf pernah 30 tahun bekerja di bagian kargo KLM, maskapai penerbangan plat merah Belanda. Setelah pensiun, Jusuf memutuskan menetap di sana. Sambil bekerja sebagai guide. Membantu wisatawan dari Indonesia yang liburan di Eropa.

Waktu ketemu di Amsterdam dua tahun lalu, Jusuf sudah cerita mengenai rumah kebanggannya itu. Ia dapat inspirasi membuat rumah sepatu itu dari majalah film India. Ada cerita mengenai rumah sepatu di Mumbay.

"Itu majalah tahun 1953. Dari saya dapat inspirasi. Puluhan tahun terpendam baru bisa diwujudkan," paparnya.

Baru kemarin pagi saya kesampaian mengunjungi rumah itu.

Rumah sepatu Jusuf bukan satu-satunya di Indonesia. Ada juga rumah unik berbentuk sepatu milik Sudirman di Palu, Sulawesi Tengah. Persisnya di Jalan Ramba, Lorong I, Kelurahan Birobuli Selatan, Palu.

Sudirman terinspirasi kejadian pahit di masa lampau. Ketika bekerja di perusahaan kontraktor di Makassar. "Dulu sering ditendang-tendang sama bos pakai sepatu proyek," kata Sudirman seperti dikutip dari Wartakita Palu.

Rumah sepatu Sudirman dibangun di atas sebidang tanah dengan luas 13 x 7 meter. Tinggi bangunan depan 4 meter dan belakang tingginya 7,5 meter.

Berbeda Jusuf, Sudirman dapat inspirasi dari rumah sepatu yang ada di Afrika. Ia ketahui itu ketika menonton tayangan televisi. Jika rumah Jusuf berwarna putih, rumah Sudirman dominan warna kuning. Rumah itu dibangun tahun 2015. Dia menghabiskan dana 200 juta. Sedangkan rumah sepatu Jusuf menghabiskan biaya Rp 1 miliar.

"Saya membangunnya bertahap. Tidak sekaligus. Sekarang boleh dibilang sudah rampung," kata Harimau dari Sumatera itu. [***]

Penulis adalah wartawan senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA