Kali Ditutup Jaring, Bau Busuk Tetap Ada Disorot Media Internasional

Rabu, 25 Juli 2018, 08:41 WIB
Kali Ditutup Jaring, Bau Busuk Tetap Ada Disorot Media Internasional
Foto/Net
rmol news logo Media internasional menyoroti penggunaan waring alias jaring anyaman dari bahan plastik untuk menutup Kali Sentiong yang ber­warna hitam di dekat Wisma Atlet Kemay­oran, Jakarta Pusat. Sebab, cara itu tidak bisa menghilangkan aroma bau busuk.

 Misalnya, Channel News Asia mengulas tentang penutu­pan kali berwarna hitam (item) dengan waring dalam artikel ber­judul 'Jakarta covers up 'stinky, toxic' river near Asian Games village'. Artikel itu membahas penutupan kali item yang berada tak jauh dari Wisma Atlet untuk Asian Games. Tujuannya, meng­hambat bau tak sedap.

Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta Bestari Barus me­nyindir penggunaan waring yang menutupi kali item itu bukan solusi mengatasi bau.

Bestari juga menyinggung Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang seharusnya memberikan solusi mengatasi bau kali item agar tidak mengganggu atlet Asian Games 2018.

"TGUPP itu kan ahli semua isinya. Ya, (TGUPP) harusnya bisa menemukan orang, lembaga ataupun badan yang memang konsentrasi ke situ (menghi­langkan bau dari kali)," kata Bestari.

Dia menyebut, pemasangan waring bukan solusi untuk masalah bau tak sedap dari kali item, yang airnya mengalir ke Kali Sunter. Waring hanya menghambat bau naik ke atas.

"Jadi, kalau menurut pan­dangan saya, itu hanya solusi-solusian, ya. Dibilang solusi sementara juga bukan. Jadi, kalau ditutup oleh waring, itu kan hanya menghambat bau yang akan naik ke atas, tuh,"  terang Bestari.

Anggota Fraksi PDI Per­juangan DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga menilai, wajar media asing ikut meng­kritisi kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebab, itu terkait dengan gelaran pesta olahraga terbesar Se-Asia.

Pandapotan menilai, sebe­narnya Anies punya waktu enam bulan untuk mengatasi persoalan kali item. Namun, dia lebih memilih abai dan menyibukkan diri dengan program mercusuar yang nyatanya tidak kunjung melihatkan hasil.

"Enam bulan harusnya cukup untuk melakukan rekayasa su­paya kali menjadi bersih," kata Pandapotan saat dihubungi, kemarin.

"Seharusnya Anies berguru kepada Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin dalam menyelenggarakan event olahraga. Sama-sama menjadi tuan rumah Asian Games, na­mun Palembang sangat minim persoalan," ujarnya.

Pengamat Tata Kota dari Uni­versitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai, penutupan kali dengan waring tak akan menyelesaikan masalah. Cara itu hanya menutupi tampak muka saja. Tapi tidak me­nyelesaikan masalah utamanya, yakni kali kotor dan bau.

Menurut Yayat, masalah kali tak bisa dihindari saat perhe­latan Asian Games di Jakarta. Penyebabnya, musim kema­rau membuat sungai surut. Ini menimbulkan bau tak sedap.

"Kita harus akui selama Asian Games sungai itu sedang surut. Kelihatan keruh banget. Sungai yang keruh ini memang kurang enak dipandang. Tapi kalau menurut saya dari segi este­tika sih sah-sah saja, tapi tidak menyelesaikan persoalannya," kata Yayat.

Menurut Yayat, Pemprov DKI Jakarta sudah bekerja sejak jauh-jauh hari mengatasi masalah sun­gai. Dia menyebut, Asian Games tak hanya fokus pertandingan yang dilakukan, tapi juga menata Jakarta yang bertindak sebagai tuan rumah.

Sebelumnya, Anies Baswedan menginstruksikan memasang waring di kali item dekat wisma atlet Kemayoran. Pemasangan jaring untuk mengurangi pen­guapan dan bau tak sedap.

"Di lokasi kita kurangi penca­hayaan (dengan waring), seh­ingga mengurangi evaporasi. Harapannya tidak tercium (bau tak sedap). Bukan hanya menu­tup, tapi juga aroma," kata An­ies, Jumat (20/7).

Pemprov DKI, katanya, sudah melakukan berbagai macam cara sebelum memasang waring untuk mengurangi bau. Salah satunya adalah meminta pengusaha tahu di sekitar lokasi tidak membuang limbah ke kali.

Bukan cuma waring, pihak terkait juga memasang nano bubble yang diklaim bisa men­gurangi bau tak sedap dari kali di sekitar Wisma Atlet.

"Nano bubble itu fungsinya sama dengan aerator untuk meng­hilangkan bau. Bedanya kan itu (nano bubble) diaduknya di bawah, kalau aerator diaduknya di atas," ujar Koordinator Rumah Pompa Aliran Timur Wilayah Jakarta Utara, Sopyan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA