"Anak kecil diajak karena akal sehat sudah hilang. 'Kita sama-sama masuk surga'. Kalau anaknya ditinggal, anak mereka akan kafir. Ini bahaya bagi mereka," kata Yudi usai diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5).
Selain itu menurut Yudi, serangan bom bunuh diri Dita dan istrinya Puji sera anak mereka yang menyebabkan jatuhnya 13 korban jiwa dan 43 korban luka itu sebagai serangan wujud keimanan dan sekaligus kegelisahan mereka.
"Serangan ini adalah wujud keimanan mereka. Ia lihat TNI-Polri benci. Kemana-mana energi ini terbawa. Ini yang membuat mereka tidak tahan. Ini bahaya ideologi hari ini," pungkas Yudi.
Pada hari Minggu (13/5) pekan lalu, ledakan pertama terjadi di GPPS sekitar pukul 07.30 WIB. Kemungkinan pertama, paket bom dibawa Puji di dalam kardus. Hal itu diungkapkan sejumlah saksi yang mengaku melihat Puji yang menenteng sebuah bawaan.
Selanjutnya, ledakan kedua dan ketiga terjadi dalam waktu berdekatan. Entah ledakan mana yang lebih dulu, sebab hingga saat ini kepolisian belum memberikan kronologi resmi dari peristiwa ini.
Yang jelas, di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, bom motor YF dan FH meledak. Di GPPS Arjuno, ledakan lebih besar dari bom yang dibawa Dita di dalam mobil Avanza menimbulkan dampak ledakan yang tampak lebih besar.
[rus]