Demikian disampaikan Tim Satgas Revitalisasi Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Moh. Bruri Triyono di hadapan 250 pemuda dari 35 negara yang menghadiri Youth Involvement Forum (YIF) yang diinisiasi oleh Indonesia Youth Forum di Banyuwangi (Senin, 27/11). Mereka duduk bersama dan bertukar ide serta gagasan inovatif sekaligus mengenali khazanah seni-budaya daerah di tempat yang dikenal dengan Sunrise of Java ini.
"Konsep
link and match menjadi solusi atas persaingan global yang semakin ketat. Untuk mewujudkan hal tersebut, komunikasi dan koordinasi di semua lini harus lebih diintensifkan. Karena hal ini menyangkut daya saing SDM yang inheren dengan harga diri bangsa. Dan pesantren harus melihat itu sebagai satu
ghiroh (semangat) zaman," ungkap Bruri.
Sementara Direktur Politik dan Komunikasi Kementerian PPN Bappenas, Wariki Sutikno menuturkan, SMK komunitas sebagai salah satu instrumen penting dalam pendidikan vokasi mencoba menjembatani antara pesantren dan pendidikan vokasi untuk menjawab tantangan zaman now dan pertanyaan besar kebutuhan
future jobs. Konteksnya jelas, santri dituntut menguasai dinamika zaman yang kian canggih dan kompetitif di masa mendatang. Dengan demikian, pesantren mampu bergerak maju mengikuti pergerakan zaman.
"Kolaborasi antara SDM, Kelembagaan dan Teknologi perlu diutamakan. Agar narasi besar yang sedang bersama kita bangun mengenai pendidikan vokasi mampu menjawab SDM yang memiliki kompetensi yang kompetitif," tandas Wariki.
Muhammad Abdul Idris yang merupakan Founder Indonesia Youth Forum juga memberikan komentar mengenai hal ini, Ia mengungkapkan bahwa
softskill dan
hardskill juga penting untuk dipelajari para santri agar mampu bersaing di era millenial.
"Santri harus siap bersaing di zaman now dengan tidak melupakan zaman old. Santri harus bisa menjawab tantangan zaman dengan tekat, kepercayaan diri dan bekal skill yang sudah diajarkan dan diperoleh dari pesantrennya masing masing.†ungkap Idris.
Karena revitalisasi pendidikan vokasi tidak sebatas meng-
upgrade kualitas daya saing SDM saja, akan tetapi kemampuan menggerakkan partisipasi aktif masyarakat agar mampu menjadikan kebudayaan, destinasi pariwisata, kreativitas yang berbasis
local wisdom menjadi produk yang kompetitif.
"Agar revitalisasi pendidikan vokasi mampu melibatkan semua pihak," demikian Idris.
[wid]
BERITA TERKAIT: