Tepat HUT ke-72 TNI 5 Oktober kemarin, pendaki tunadaksa asal Solo itu kembali menoreh prestasi dengan berada di puncak tertinggi lempeng Austronesia, Carstensz Pyramid. Ini pencapaian ke-3 Sabar Gorky setelah puncak Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika dan Gunung Elbrus di Rusia. Satu puncak gunung tertinggi di benua Amerika, Aconcagua yang tinggal 300 meter tak jadi dicapainya karena terhalang badai.
Pen masih terpasang di bahu kanan Sabar Gorky ketika perjuangannya menuju titik 4.884 mdpl dari Sabtu (30/9) pekan lalu.
Targetnya fokus top Carstensz Pyramid. Saat timnya, Ekspedisi Bhinneka Tunggal Ika melangkah ke puncak Jaya atau Soekarno, Sabar Gorky memilih tetap berada di basecamp Merren Valley atau Danau Danau (4.330 meter). Kaki Sabar Gorky sudah pernah mencicipi puncak Jaya pada tahun 2015.
Hari ke-5 sesuai dijadwalkan sekira pukul 12.30 WIT, Sabar Gorky bersama sembilan pendaki Tim Ekspedisi Bhinneka Tunggal Ika bergerak dari basecamp Danau Danau ke Lembah Kuning. Perjalanan ditempuh sekitar 2,5 jam dengan melewati tanjakan 'Aduh Mama' kemudian medan menurun, tanjakan tebing lagi hingga tiba di titik camp sebelum memulai summit pada tengah malam.
Rencana awal bergeser karena hujan tidak henti-hentinya. Summit diundur mulai pukul 3 pagi WIT. Tiga pendaki stand by di Lembah Kuning untuk pendukung logistik. Langit agak mendung saat Sabar Gorky dan enam pendaki yang sudah dilengkapi harnes masing-masing memanjat tebing Carstensz Pyramid.
"Cukup lumayan untuk menuju summit ridge. Memang disitu harus skill panjat. Semua pakai tali," tutur pendaki kepala plontos berusia 49 tahun ini.
Hujan lagi-lagi mengguyur begitu tiba di summit ridge. Kemudian berganti hujan es setelah menyebrangi tyrolian. Sabar berupaya melawan rasa dingin dengan terus bergerak.
"Kaki yang diamputasi tidak kaku tapi dingin minta ampun karena uratnya masih bisa bergerak, tapi bisa ditahan," lanjut Sabar.
Dengan kondisi seperti itu tak jarang Sabar memilih untuk membolak-balik badannya.
"Bolak-balik saya untuk balance-nya. Saya melakukan pemanjatan mundur, pakai pantat biar balance. Kesulitan tidak juga, tapi nyamannya," ulas bapak seorang putri ini.
Sabar mengaku nyaris rasanya mau menyerah sekitar 50 meter dari puncak karena terus dihujani es tebal seperti kristal. "Tapi saya kembali fokus, saya berpikir kapan lagi saya ke sini walaupun dengan kaki kanan saya sudah kedinginan harus tetap lanjut," kenangnya.
Suhu mencapai 3 derajat Celius dengan angin kencang. Jalan pun menjadi tidak stabil. Tiap kali melangkah ia harus memecahkan bunga salju yang menutupi jalan agar tidak tergelincir.
Begitu tanjakan akhir sebelum summit, terlihat Serka Ardhi Dwi Putro disusul Kapten Inf Noer Hidayat yang sama-sama dari Brigif-20/IJK dan pendaki dari Mahasiswa Pecinta Alam Sultan Alauddin (Mapalasta), Imran Rosady yang sudah tiba lebih dulu.
"Akhirnya kami bisa sampai puncak Carstensz 13.45 WIT," imbuh Sabar.
Sabar mengaku tak kuasa menahan haru bisa menjejalkan satu kakinya di salah satu puncak gunung tertinggi di dunia.
"Perasaan saya sangat bahagia sekali dan terharu betapa sulitnya Carstensz. Pertama karena medan, kedua cuaca tidak menentu. Hitungan bukan hari atau jam tapi menit. Menit ini reda, sepuluh menit kemudian hujan. Itulah Carstensz," ucapnya.
"Perasaan plong. 2015 keberhasilan yang tertunda terbayarkan 5 Oktober kemarin," ujarnya lagi.
Ditanya soal bahu kanannya yang masih terpasang pen, Sabar pun menjawab, "Bahu Alhamdulillah nggak terasa. Ternyata orang-orang yang mengatakan abis operasi terasa ngilu-ngilu itu tidak terasa."
10 menitan di puncak Sabar memutuskan turun sendirian dengan teknik traversing. "Sampai saya dikasih Satiri (TRAMP) ini pullay buat melewati tyrolian walaupun bawa tongkat," tuturnya lebih lanjut.
Tantangan berikut juga tak mudah. Sabar harus berjuang melewati hujan es yang kian menebal hingga tiba kembali di Lembah Kuning tanpa tongkat dan dipapah rekan pendaki, Asep Sumantri dari TRAMP.
"Semakin mantab Insya Allah untuk perjalanan selanjutnya," tukasnya optimis.
Ekspedisi mendapat dukungan dari Artha Graha Peduli ini mengikutsertakan 17 pendaki berbagai latar belakangan, termasuk di dalamnya Sabar Gorky. Mulai dari unsur pelajar, mahasiswa, pemuda, hingga TNI AD.
[mel]
BERITA TERKAIT: