Data sementara dari Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, saat ini terdapat 1259 jiwa pengungsi.
Informasi ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, kepada wartawan, Kamis (21/9).
Jumlah pengungsi terus bertambah mengingat belum semua data dilaporkan ke Pusdalops BPBD Bali. Sutopo juga mengatakan, sebagian besar masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963.
"Tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini, yaitu gempa vulkanik yang sering terjadi saat ini, mirip dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963. Letusan saat itu berlangsung hampir selama setahun. Korban saat itu tercatat 1.148 orang meninggal dunia dan 296 orang luka," jelas Sutopo.
Sutopo akui tidak mudah untuk menangani pengungsi. Apalagi pengungsi dari erupsi gunungapi yang jumlahnya besar dan tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusan.
Saat ini sudah banyak tenda pengungsi didirikan. Namun, mengungsi di tenda sangat tidak nyaman karena panas dan tenda dapat roboh jika terjadi erupsi, seperti saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010.
"Banjar atau balai desa adalah tempat pengungsian yang lebih nyaman. Begitu juga mengungsi di kerabat atau desa sekitarnya. BNPB telah menyarankan agar dicari desa-desa di sekitarnya yang aman dan bisa menampung pengungsi. Model ini dikenal sister village seperti yang banyak dikembangkan di sekitar Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta," katanya.
Saat ini, persiapan sarana dan prasarana terus dilakukan di pos pengungsian. Prioritas pengungsian adalah bagi kelompok rentan yaitu balita, ibu hamil, lansia dan disabilitas.
[ald]
BERITA TERKAIT: