Korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 18, akibat sakit TBC yang tak kunjung sembuh.
"Kejadian ini diperkirakan terjadi pukul 16.12 WIB," ujar Kapolsek Tanjung Duren, Komisaris Zaky Alkazar Nasution saat dikonfirmasi, Selasa (27/6).
Menurut asisten rumah tangga sekaligus saksi mata, Heti, korban sempat menemuinya sekira pukul 13.30 WIB. Saat itu, korban yang menghuni lantai tujuh apartemen tersebut, meminjam pulpen kepadanya untuk menulis surat.
Pengakuan Heti, korban terlihat gelisah, membuka dan menutup kembali surat yang telah ditulisnya.
Saat itu, korban masih sempat bercengkerama dengan Heti dan anak keduanya, Stania. Korban pamit keluar dari apartemen bertepatan dengan kepulangan Stania, sekira pukul 15.30 WIB.
Saksi Stania pun curiga, karena tidak ada respon dari korban saat ditanyakan tujuannya keluar. Stania pun mencari tahu hal yang tidak beres itu kepada Heti.
Situasi kian mencekam saat Stania diberitahu Heti, bahwa ayahnya baru saja menulis sebuah surat dan tampak gelisah.
Mereka pun mencari surat yang dimaksud. Alangkah terkejutnya Stania, begitu mengetahui surat yang ditulis tersebut merupakan goresan pesan terakhir dari ayahnya.
Namun terlambat, tak berselang lama, kedua saksi mendapatkan kabar dari tetangganya terkait sosok lelaki yang jatuh dari lantai atas apartemen.
"Tetangga seberang memberi tahu ada orang yang jatuh dari lantai atas, tersangkut di balkon lantai dua," urai Zaky.
Kedua saksi pun memastikan hal tersebut dari jendela apartemen. Ternyata, korban adalah ayahnya yang pamit keluar beberapa menit sebelumnya.
Korban diduga melompat dari lantai 18 apartemen tersebut. Hal itu diketahui dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pihak kepolisian di sekitar sebuah jendela lantai 18. Antara lain, sepasang sandal jepit, sebuah tongkat, dan ember milik korban yang dibenarkan saksi.
Selain itu, dugaan bunuh diri itu dierkuat dengan surat wasiat korban yang ditujukan kepada kedua anaknya.
"Menurut keterangan putrinya, korban menderita sakit TBC kurang lebih sudah hampir tiga bulan. Korban merasa putus asa dan tidak sabar dengan sakit tersebut yang tak kunjung sembuh," demikian Zaky.
[sam]
BERITA TERKAIT: