Tiga provinsi langganan karhutlah tersebut telah menetapkan status siaga darurat. (Baca:
Tiga Provinsi Langganan Kebakaran Sudah Tetapkan Status Siaga)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, enam heli water bombing ditempatkan di Riau, yaitu empat heli di Pekanbaru dan dua heli di Dumai. Enam heli water bombing yang dioperasikan di Riau adalah jenis Sikorsky, MI-171, MI8 MTV-1, MI-172 dan Bolkow yang memiliki kapasitas 600 sampai 4.000 liter.
Di Sumatera Selatan, dioperasikan tiga heli water bombing jenis MI-17 dan Bolkow, dan dua pesawat terbang Casa 212 untuk hujan buatan.
"Operasi hujan buatan telah digelar di Sumatera Seelatan sejak 8 Juni 2017. Setiap hari awan-awan potensial di atas sekitar Sumatera Selatan disemai dengan bahan NaCl untuk dijatuhkan menjadi hujan," sebut Sutopo.
Sedangkan di Kalimantan Barat, lanjut Sutopo, dioperasikan tiga heli jenis Bel-214B, MI-8 dan Kamov yang berkapasitas 3.000 sampai 5.000 liter.
Jelas Sutopo, pengerahan 12 heli water bombing dan dua pesawat hujan buatan merupakan salah satu dari strategi operasi penanggulangan karhutla.
Ada lima strategi yaitu operasi pemadaman di darat, operasi pemadaman undara, operasi penegakan hukum, operasi pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Hingga saat ini jumlah hotspot (titik panas) yang terdeteksi oleh satelit menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan sebelumnya. Jumlah hotspot dari satelit Modis (Terra Aqua) dengan tingkat kepercayaan 80 persen yang artinya terbakar pada tahun 2015 sebanyak 2.810 titik, pada tahun 2016 sebanyak 1.917 titik, dan tahun 2017 sebanyak 157 titik.
"Selama tahun 2017 (hingga Juni) terjadi penurunan hotspot sebanyak 1.681 titik atau 91,45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016," ungkapnya.
Begitu juga dengan luas hutan dalam lahan yang terbakar juga menunjukkan penurunan. Luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2015 sebanyak 2,61 juta hektar, pada tahun 2016 sebanyak 438 ribu hektar, dan tahun 2017 sebanyak 15.983 hektar. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari 15.983 hektar hutan dan lahan yang terbakar terdapat di lahan gambut 5.922 hektar dan tanah mineral 10.061 hektar.
"Mengingat jumlah hotspot harian dan karhutla di beberapa provinsi (seperti Jambi, Kalbar dan Kalteng) meningkat serta kondisi iklim telah memasuki musim kemarau maka diharapkan daerah mempertimbangkan penetapan status siaga darurat bencana asap akibat karhutla tahun 2017. Jangan sampai terlambat seperti tahun 2015," tukas Sutyopo
[rus]
BERITA TERKAIT: