Pengembangan PUI ditujukan untuk penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga litbang yang diarahkan dalam menjawab tantangan ke depan. Yaitu meningkatkan dukungan nyata iptek terhadap peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, meningkatkan dukungan iptek untuk keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam baik hayati maupun nir hayati, dan meningkatkan dukungan iptek untuk penyiapan masyarakat menyongsong kehidupan global yang modern.
Program PUI terus dikembangkan untuk mendorong lembaga litbang mampu menghasilkan produk iptek yang berbasis demand/market driven dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi daerah.
Saat ini telah ada 45 lembaga litbang unggul yang 19 diantaranya telah berstatus dan ditetapkan sebagai PUI. Bidang yang menjadi fokus unggulan antara lain mencakup pangan energi, teknologi dan manajemen transportasi. Kemudian teknologi infomasi dan komunikasi, teknologi pertahanan dan keamanan, teknologi kesehatan dan obat, serta material maju.
Pada Public Expose 3 PUI 2016 kali ini dipamerkan produk unggulan inovatif dari Klaster PUI Bidang Energi, PUI PT Surfaktan dan Bioenergi pada Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB dan PUI Bahan Bakar Dimethyl Ether (DME) garapan Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM yang merupakan alternatif energi sangat potensial sebagai pengganti minyak.
Kemudian ada Klaster PUI Bidang Material Maju, PUI Komposit Polimer pada Balai Teknologi Polimer, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Klaster PUI Bidang Kesehatan dan Obat, PUI Radiobiomolekul-Pusat Teknologi Radioaktif dan Radiofarmaka-Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan PUI PT Satwa Primata pada Pusat Studi Satwa Primata - IPB. Juga ada Klaster PUI Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, PUI Komputasi Awan dan Data Center Pemerintah pada Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi-BPPT.
Peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB Agatha Maria mengatakan, PUI PT Surfaktan dan Bioenergi - IPB stelah mengembangkan riset surfaktan minyak sawit untuk aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR) dalam mendorong peningkatan produksi minyak bumi. Teknologi proses hasil inovasi telah dikembangkan sejak tahun 2003, telah diajukan patennya dan telah diuji skala field trial di industri perminyakan. Pemilihan surfaktan dari minyak sawit untuk aplikasi EOR berdasarkan pertimbangan bahwa produk minyak sawit di Indonesia berlimpah dan perlu ditingkatkan nilai tambahnya.
"Konsumsi pemakaian bahan bakar minyak di Indonesia sendiri mencapai 1.800 barel per hari, ada defisit minyak bumi sekitar 800 barel per hari yang pemenuhannya masih impor. Rendahnya kemampuan produksi minyak bumi di Indonesia karena lapangannya sendiri sudah tua. Lalu bagaimana upaya pemerintah memproduksi kembali ketika lapangannya sudah tua, salah satunya melalui EOR ini. Metodenya injeksi chemical berbasis anionik dari minyak sawit. Ini sudah diimplementasikan di lapangan milik Pertamina di Kalimantan Selatan," jelas Agatha dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (8/12).
Untuk PUI Radiobiomolekul - Batan telah menghasilkan produk kesehatan berupa Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dan Kit radiofarmaka methylene diphosphonate (MDP). Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dapat digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang diderita oleh penderita kanker yang telah menyebar ke tulang.
Pada penderita kanker stadium lanjut, sel kanker akan menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lain dan dalam banyak kasus tulang merupakan salah satu tempat terjadinya penyebaran kanker. Kit radiofarmaka methylene diphosphonate (MDP) merupakan sediaan kering steril dan bebas pirogen yang diperoleh melalui proses kering beku atau freezed drying.
Sediaan radiofarmaka ini digunakan pada skeletal scintigraphy atau bone scan untuk pemeriksaan adanya sebaran kanker di dalam tulang. Diagnosis yang sangat diperlukan dalam penentuan stadium penyakit kanker seorang penderita.
"Produk litbang kami harus didukung dan dikontrol secara ketat oleh Badan POM. Karena yang dikembangkan adalah produk larutan injeksi. Harus lolos dulu di uji pre klinis terhadap hewan. Setelah itu lolos uji klinis kepada manusia. Kalau sekarang sampai pada tahap hilirisasi itu adalah hasil dari proses yang panjang," jelas Kepala Pusat Radiobiomolekul Batan Siti Darwati.
Sedangkan PUI Komputasi Awan dan Data Center Pemerintah pada BPPT memiliki pelayanan diantaranya Layanan Cloud Computing untuk instansi pemerintah. Layanan ini memiliki kelebihan berupa server yang berada di dalam negeri sehingga memudahkan untuk interoperability, aplikasi yang dapat dikustomisasi, dan memiliki tingkat kerahasiaan data yang baik.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo menambahkan, di samping bertujuan sebagai pertanggungjawaban kepada publik, rangkaian produk PUI yang tercipta merupakan upaya lembaga litbang untuk menunjukkan kinerja terbaik dalam menguatkan Indonesia lebih unggul dan inovatif.
[wah]
BERITA TERKAIT: