Zulkifli menilai hingga saat ini masih ada masalah besar yang menjadi pekerjaan rumah bersama, yakni melakukan pemerataan ekonomi, mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan persamaan di muka hukum. Kekompakan bukan untuk melakukan persengkokolan ataupun selingkuh dari amanat rakyat melainkan sesuai tujuan untuk menunaikan amanat rakyat sesuai Pancasila dan UUD 1945.
"Sebagai bangsa yang majemuk kita harus bisa saling menjaga, menghargai perbedaan, toleran dan saling menguatkan. Bukan saling melemahkan dan berpecah belah. Mari kita selalu berangkulan dan saling menguatkan," ujarnya dalam buka puasa bersama di kediaman dinas, Komplek Widya Chandra IV, Jakarta, Rabu (15/6).
Zulkifli menegaskan pentingnya berpegang pada tradisi leluhur. Di mana, dalam tradisi Islam ada ajaran tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), i'tidal (lurus) dan tawazun (imbang). Selain itu juga ada amar ma'ruf dan nahi munkar.
Saat ini, Indonesia tengah bergiat membangun diri melalui slogan 'Kerja, kerja dan kerja'. Namun tata dunia dan ekonomi global sedang kurang bersahabat. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan friksi dan anomali. Akan tetapi, menurut Zulkifli, Indonesia tidak boleh kempis oleh tipuan tantangan zaman.
"Kita tidak boleh tersesat oleh jebakan turbulensi persoalan," sambungnya.
Dengan demikian, tambah Zulkifli, diharapkan pada bulan Ramadhan, bulan yang mulia dan penuh ampunan serta keberkahan semua pihak bisa memanfaatkan untuk saling introspeksi. Sebab, Indonesia merupakan bangsa dan negara yang besar.
Acara buka puasa bersama ketua MPR RI sendiri turut dihadiri Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, menteri Kabinet Kerja, pejabat negara serta ketua umum partai politik.
[wah]
BERITA TERKAIT: