Namun, melambungnya harga tomat tidak dirasakan para petani. Seperti Encu (46) misalnya, petani tomat di Kecamatan Sariwangi Kabupetan Tasikmalaya ini hanya mendapatkan Rp4.000 per kilogram dari hasil penjualan ke tengkulak atau bandar. Bahkan dari selisih harga ini pun sudah habis untuk biaya produksi.
"Harga sekarang ke tengkulak Rp8.000, biasanya hanya Rp4.000. Tapi ini tertutupi untuk biaya produksi, mulai dari bibit, pupuk, dan obat ulat, kata Encu seperti diberitakan
RMOLJabar.com, Sabtu (11/6).
Masih menurut Encu, faktor yang merugikan petani karena momen kenaikan berada di ujung masa panen serta terjadinya serangan ulat. Encu menambahkan, saat kenaikan harga, bandar atau tengkulak senang karena mendapatkan untung dengan tidak bermodal apapun.
"Ya yang untung mah bandar sama tengkulak, modal hanya ongkos transportasi saja, kalau petani mulai dari bibit hingga obat, tandasnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: