Sekretaris Dewan Syuro DPD FPI Jakarta Habib Novel Bamukmin mengakui memang FPI seringkali terpojok dengan pemberitaan negatif, soal kekerasan yang dilakukan anggota. Namun, menurutnya bila ditelusuri kegiatan FPI selama ini banyak hal positif dilakukan. Bahkan, seringkali FPI tiap bulan Ramadhan berbuka puasa bersama pendeta.
"Kita ini tiap tahun selalu bersilaturrahmi dengan pendeta-pendeta. Kita berdiskusi bersama. Jadi kalau kita disebut tidak menjaga kerukunan beragama itu salah," terang Habib Novel dalam diskusi bertema 'Peran Pemuda Menjaga Kerukunan Umat Beragama' yang digelar Lembaga Kajian Kebijakan Publik (LKKP) di Jakarta, Rabu (23/12).
Namun begitu, dia mengakui persoalan aksi kekerasan yang dilakukan FPI terjadi apabila akidah Islam sudah diganggu. Bahkan diacak-acak oleh suatu kelompok. Itupun, FPI selalu mengajak dialog terlebih dahulu.
"Kalau memilih agama lain, buat agama lain kami tidak masalah. Tapi kalau mencampuradukkan Islam dengan paham lain seperti Ahmadiyah kami melawan," terang Novel.
Dia pun memastikan jika FPI haram hukumnya mengganggu kerukunan dan agama lain.
"Masalah Bhineka Tunggal Ika sudah final," tegas Novel.
Hal senada ditambahkan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) M. Risman Pasigai. Menurutnya, KNPI selalu menghargai pluralitas yang ada di Indonesia. Bahkan, dari 153 organisasi kepemudaan yang ada di KNPI berasal dari bermacam kepemudaan berlatar belakang agama.
"Semua agama ada di situ. KNPI miniatur pluralitas di Indonesia," jelasnya.
Untuk itu, Risman juga menyayangkan berbagai kasus kekerasan agama yang terjadi belakangan ini seperti di Aceh Singkil dan Tolikara, Papua.
"Tidak ada perda yang berhak mengatur atau membatasi sebuah wilayah dilarang membangun tempat ibadah," imbuh Risman.
[wah]
BERITA TERKAIT: