Alasan Ekonomi, Mayoritas Masyarakat Bali Ingin Revitalisasi Teluk Benoa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 26 November 2014, 14:49 WIB
Alasan Ekonomi, Mayoritas Masyarakat Bali Ingin Revitalisasi Teluk Benoa
net
rmol news logo Ternyata, mayoritas masyarakat Bali menginginkan adanya revitalisasi berbasis reklamasi di Teluk Benoa, tenggara Pulau Bali.

Demikian temuan terbaru hasil survei yang dilakukan olen Indo Survey and Strategy (ISS) yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif ISS, Hendrasmo, saat konferensi pers di Cikini, Jakarta, Rabu (26/11)

Menurut Hendrasmo, sebanyak 53,2 persen masyarakat Bali memilih revitalisasi berbasis reklamasi, sedangkan 32 persen menolak revitalisasi berbasis reklamasi. Sedangkan 3 persen masyarakat tidak menjawab.

"Revitalisasi sepertinya menjadi pilihan jalan tengah bagi penanganan Teluk Benoa. Kalau melihat data yang diperoleh pilihan merevitalisasi Teluk Benoa lebih kuat dibanding opsi hanya reklamasi atau menolak reklamasi. Revitalisasi itu memang ada unsur reklamasi, tapi ada juga pemberdayaan dan menguatkan alam dan daerah tersebut berbentuk konservasi," kata Hendrasmo.

Alasan masyarakat Bali yang mendukung revitalisasi adalah meningkatkan lapangan pekerjaan yakni sebanyak 45 persen. Kemudian, 22 persen mengungkapkan alasan revitalisasi untuk meningkatkan perekonomian di Bali, 12 persen revitalisasi berfungsi mengurangi abrasi laut dan 10 persen akan memperbaiki ekosistem mangrove.

Sementara alasan masyarakat yang menolak revitalisasi berbasis rekalamasi sebanyak 46 persen masyarakat Bali menyatakan akan menyebabkan rusaknya mangrove dan 22 persen menyatakan revitalisasi meningkatkan abrasi laut serta 11 persen menilai akan membuat pembangunan tak berimbang.

"Jadi pertarungannya bukan reklamasi atau tidak. Tapi revitalisasi itu penting. Karena sudah banyak juga mangrove yang rusak. Ditambah masyarakat Bali butuh perubahan terutama soal ekonomi," kata Hendrasmo.

Pasalnya, kata Hendrasmo, masyarakat Bali menilai kurangnya lapangan pekerjaan masih menjadi persoalan penting yang harus segera dipecahkan. Sebanyak 31,4 persen masyarakat Bali mengeluh soal kurangnya lapangan kerja karena pengangguran terus bertambah, menyusul dibawahnya soal biaya pendidikan dan kesehatan dan infrastruktur.

Survei dilakukan pada tanggal 2 hingga 9 November 2014. Menggunakan face to face interview dengan jumlah responden 600 di 9 kabupaten/kota Bali. Sementara survei ini memiliki margin of error kurang lebih 4 persen. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA